Sekjen Kementerian Agama (Kemenag) Bahrul Hayat berharap masalah tarif
nikah segera selesai pada pertengahan Februari dan kementerian cenderung
memilih opsi tarif tunggal untuk biaya menikah.
Kemenag tidak
memilih opsi multi tarif karena hal itu berpotensi menimbulkan
kecurigaan terhadap penghulu menerima gratifikasi, kata Bahrul Hayat di
Jakarta, Kamis, seusai membuka seminar nasional pendidikan dengan tema
Membumikan Kurikulum 2013 dan Karakter Ahlak Mulia.
Tarif tunggal
untuk nikah, kata Bahrul, menetapkan tarif yang diberikan pemerintah
kepada penghulu yang besarannya sama untuk seluruh wilayah Indonesia.
Kemenag
menetapkan sebesar Rp600 ribu per pernikahan. Sedangkan opsi multi
tarif besarannya bervariasi tergantung lokasi, waktu, dan tempat
perhelatan pernikahan.
Polemik biaya nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) sempat mengemuka karena penghulu dianggap menerima gratifikasi.
Sebelumnya
penghulu se-Indonesia telah melakukan audiensi dengan Menteri Agama
Suryadharma Ali pada akhir Desember 2013 di Jakarta terkait regulasi
penghulu menghadiri pernikahan di luar KUA. Saat itu mereka minta agar
Kemenag segera mengeluarkan regulasi biaya nikah yang akan menjadi
payung hukum bagi KUA dalam pelayanan nikah.
Namun mengingat
wilayah geografis Indonesia di tiap daerah berbeda, berbukit dan jauh,
termasuk wilayah kepulauan, tentu faktor itu menjadi perhatian. Tarifnya
akan disesuaikan dan jika ada tambahan transportasi tentu harus ada
penggantian. (antara/mukafi niam)
Jumat, 31 Januari 2014
NU Tak Akan Berubah Radikal
Nahdlatul Ulama (NU) berkomitmen menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dari rongrongan pihak manapun, namun dengan
tetap mengedepankan sikap dan cara-cara yang moderat.
“NU tidak akan jadi radikal. Kita selalu moderat,” kata Wakil Ketua Umum PBNU Dr KH As’ad Said Ali saat memberikan pengarahan dalam Silaturrahmi Nasional dan Halaqah Majelis pendekar yang diadakan dalam rangkaian peringatan hari lahir atau Harlah ke-28 Pencak Silat NU Pagar Nusa di aula utama kantor PBNU Jakarta, Kamis (30/1).
Di hadapan Mejelis Pendekar dan para pengurus, As’ad mengingatkan bahwa yang utama dalam Pagar Nusa adalah olah spiritual, bukan olah fisik. “Yang fisik seperti dipertontonkan tadi (atraksi: Red) hanyalah kembangan saja,” katanya.
“Sekarang ini musimnya berkelahi. Sunni dan Syiah berkelahi. Tapi kita tidak perlu berkelahi. Tugas kita memang menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar, namun kita tetap mengedepankan sikap moderat,” tambahnya.
Sesi pertama Halaqah Pagar Nusa juga dihadiri unsur Tentara Nasional Indonesia (TNI), antara lain, Letjen TNI Iskandar MS dan Kolonel Kavaleri Agus Suharto. As’ad Said dalam kesempatan itu menyampaikan, NU dan TNI menjadi dua elemen bangsa yang paling gigih membela NKRI. “TNI dan TNU (tentara NU) selalu bekerjasama di luar sistem politik,” katanya. (Mahbib Khoiron)
“NU tidak akan jadi radikal. Kita selalu moderat,” kata Wakil Ketua Umum PBNU Dr KH As’ad Said Ali saat memberikan pengarahan dalam Silaturrahmi Nasional dan Halaqah Majelis pendekar yang diadakan dalam rangkaian peringatan hari lahir atau Harlah ke-28 Pencak Silat NU Pagar Nusa di aula utama kantor PBNU Jakarta, Kamis (30/1).
Di hadapan Mejelis Pendekar dan para pengurus, As’ad mengingatkan bahwa yang utama dalam Pagar Nusa adalah olah spiritual, bukan olah fisik. “Yang fisik seperti dipertontonkan tadi (atraksi: Red) hanyalah kembangan saja,” katanya.
“Sekarang ini musimnya berkelahi. Sunni dan Syiah berkelahi. Tapi kita tidak perlu berkelahi. Tugas kita memang menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar, namun kita tetap mengedepankan sikap moderat,” tambahnya.
Sesi pertama Halaqah Pagar Nusa juga dihadiri unsur Tentara Nasional Indonesia (TNI), antara lain, Letjen TNI Iskandar MS dan Kolonel Kavaleri Agus Suharto. As’ad Said dalam kesempatan itu menyampaikan, NU dan TNI menjadi dua elemen bangsa yang paling gigih membela NKRI. “TNI dan TNU (tentara NU) selalu bekerjasama di luar sistem politik,” katanya. (Mahbib Khoiron)
Langganan:
Postingan (Atom)