Kamis, 29 Agustus 2013

NU dalam Gerakan Nasional

Rasa pengabdian tanpa batas, penuh keikhlasan, dilandasi rasa saling percaya, sehingga muncul semangat kebersamaan yang erat serta militansi yang tinggi menyebabkan dalam waktu yang singkat NU telah menjadi organisasi yang berskala nasional. Untuk mengingatkan pada semangat awal, angka 1926 itu menjadi keramat dalam NU, tidak hanya dikukuhkan tonggak kelahiran NU, tetapi juga dikukuhkan sebagai landasan dari gerak organisasi ini sehingga dikenal istilah “Khittah NU 1926”.

Sebelum NU masuk lebih jauh ke dalam kancah perjuangan nasional, Harlah NU diperingati pada 27 Rajab (bukan tanggal 16 Rajab), ini dibarengkan dengan peringatan isra’ mi’raj. Hal itu sejalan dengan  seruan yang dikeluarkan Muktamar NU ke-15 di Surabaya tahun 1940.

Tetapi ketika NU mulai memasuki gerakan nasional secara mental dan fisik sejak datangnya Jepang 1942, NU berusaha memperingati Harlanya berpatokan pada bulan Januari. Sebagai upaya mengintegrasikan gerakan NU dalam gerakan nasional. Dimulai ketika NU mulai menggerakan tentara Hizbullah, Sabilillah Barisan Kiai, sampai pada keluarnya Resolusi Jihad untuk  perang menghadapi Sekutu dan agresi Belanda pertama dan kedua.

Peringatan Hari Lahir (Harlah) NU tidak diselenggarakan demi rutinitas, tetapi digunakan sebagai momen untuk menegakkan tonggak sejarah. Peringatan Harlah ke-35 pada 31 Januari 1959 misalnya, diselenggarakan secara besar-besaran sebagai upaya mengkonsolidasi diri sebagai upaya untuk merespon keadaan negara yang dalam keadaan darurat saat pertikaian antara ideologi tak bisa diatasi sehingga Konstituante mengalami jalan buntu.

Harlah NU dilakukan tidak hanya untuk unjuk  kekuatan tetapi, merupakan respon terhadap keadaan negara. Ada agenda besar yang diusulkan dalam harlah pada waktu itu. Pertama, mengusulkan adanya integrasi Islam Pancasila atau Pancasila Islam sebagai upaya untuk mengeliminir Pancasila ala PKI, yakni Pancasila gadungan. Kedua NU mengusulkan agar status negara dalam bahaya SOB dicabut karena sangat menyulitkan gerak organisasi dalam melaksanakan pendidikan dan dakwah. Ketiga NU mengusulkan agar Piagam Jakarta tidak hanya dijadikan dokumen historis, yang tidak berfungsi aktif, melainkan harus menjadi jiwa dari UUD 1945. 

Usulan itu pada 15 Februari 1959 disampaikan KH Saifuddin Zuhri dalam sidang terakhir Konstituante, 4 Mei 1959, yang  disambut lega oleh seluruh partai mulai dari Masyumi, PNI bahkan PKI serta partai kecil lainnya, karena merupakan tawaran jalan keluar yang sangat cerdik.

Harlah NU yang sangat fenomenal adalah Harlah NU ke-40 yang diselenggarakan pada 31 Januari 1966 di Gelora Bung Karno yang dihadiri oleh ratusan ribu warga nahdliyin dari seluruh Indonesia. Walaupun stadion tidak muat sehingga hadirin tumpah-ruah di jalan, tetapi suasana tetap tertib. Padahal saat setelah peristiwa G30S-PKI, tidak ada lagi kekuatan besar yang mampu mengomando rakyat, tetapi NU bisa. Saat itu NU menjadi stabisisator keamanan negara paling utama, bersama tentara, karena PKI sudah tidak berdaya, PNI sudah tercerai berai, sementara Masyumi sudah lama mati.

Harlah ke-40 itu diketuai oleh seniman besar H Djamaluddin Malik dan H. Usmar Ismail, sehingga suasana dramatis dan teatrikal tercipta, sehingga melahirkan asa baru di tengah keputusasaan social politik akibat tragedi yang dipicu PKI. Saat itulah NU mengusulkan pembubaran PKI sebagai dalang bencana. 

Pelaksanaan Harlah NU dengan menggunakan kalender masihiyah dengan tonggak 31 Januari 1926 itu stelah diijma’i oleh para muassis NU yang masih hidup saat itu, antara lain K. Wahab Hasbullah, KH Bisri Sansoeri, KH Asnawi Kudus, KH Maksum Lasem dan lain sebagainya. Karena bagi mereka menjadi NU adalah menjadi Indonesia, maka tidak masalah menggunakan penanggalan yang sudah mentradisi dalam masyarakat Indonesia, dengan tanpa menghilangkan rasa  hormat pada  kalender Hijriyah. Terbukti seluruh peringatan hari besar Islam tetap menggunakan kalender Hijriyah. Penggunaan kalender Masehi sekadar sarana komunikasi, sebagaimana dulu para wali menggunakan tradisi agama Kapitayan, Hindu, Budha dan lainnya sebagai sarana untuk menyiarkan Islam. Lagi pula Islam juga sangat menghormati Nabi Isa Al Masih, bahkan termasuk salah satu dari ulul azmi, sebagai rasul yang utama. 

Walaupun beberapa ulama pada tahun 1986 mengusulkan agar perngatan Harlah NU diselenggarakan pada bulan Hijriyah yakni 16 Rajab. Bahkan keputusan itu dituangkan dalam Peraturan Organisasi. Tetapi saran itu tidak bisa mengalahkan tradisi yang sudah dikembangkan oleh para pendiri. Langkah ini antara lain didorong oleh semangat kebangkitan Islam yang dicetuskan pada tahun 1400 Hijriyah berarti kalender Islam telah memasuki abad ke-15 Hijriyah yang mendapatkan momentumnya dalam Revolusi Islam Iran ala Khomaini 1979. 

Pada masa kepemimpinan KH Sahal Mahfudz-KH Hasyim Muzadi diselenggarakan peringatan Harlah NU ke-82 di Gelora Bung Karno, pada Februari 2009. Sebagaimana Harlah sebelumnya, Harlah ini diselenggarakan untuk mengkonsolidasikan kekuatan NU setelah mendapatkan rongrongan dari berbagai kelompok islam transnasional, sekaligus untuk memberikan jaminan keamanan bagi rakyat dan negara bahwa Islam moderat seperti NU masih ada bahkan sangat besar jumlahnya melebihi kekuatan Islam radikal yang penuh dengan kekerasan bahkan menebar terror dan mengancam warga. 

Saat kekuatan Islam radikal semakin marak ditambah lagi maraknya kekuatan neo liberal di Indonesia bahkan telah menerobos ke seluruh sektor kehidupan, di bawah kepemimpinan KH Sahal Mahfudz-KH Said Aqil Siroj, perlu kembali mengkonsolidasi diri dan mendesak pada pemerintah agar segera menyelamatkan bangsa dan negara ini dari cengkeraman kapitalisme global. Gagasan itu yang disampaikan oleh PBNU dalam Harlah NU ke-85 yang diselenggarakan pada Juli 2011 di Gelora Bung Karno. Harlah ini dihitung berdasarkan kalender masehi, tetapi pelaksnaannya bertepatan pada bulan Rajab dan Sya’ban. Harlah ini dihadiri oleh Presiden RI serta petinggi negara serta ormas. Dengan di dukung seluruh  warga NU yang hadir dalam stadion itu, maka gema usulan NU itu terdengar di seluruh dunia berkat gencarnya liputan media.

Jalan tengah untuk mengatasi dikotomi kalender Masehi atau Hijriyah itu biasanya demi kepentingan publik diselenggarakan Harlah terbuka dengan menggunakan kalender masehi, tetapi pada tanggal 16 Rajab ini sangat penting sekalian untuk diadakah peringatan Harlah sambil merayakan Isra’ Mi’raj.

Peringatan Harlah di bulan Rajab ini diselenggarakan dengan melakukan berbagai amalan, selamatan dan doa. Karena  itu, penyelenggaraannya bisa tertutup, lebih sederhana dalam rangka merenung dan berdoa, bukan dalam rangka dakwah dan syiar yang gebyar.  Tetapi semuanya itu li i'la’i kalimatillah dan mewujudkan izzul Islam wal muslimin wa izzu Nahdalatil Ulama wan nahdliyin. Selamat ber-Harlah

Sunan Geseng Ki Cokrojoyo

Tuban sebagai Kota Wali ini, dari penuturan tokoh dan masyarakat setempat yang menjelaskan hal ini dikarenakan banyaknya wali yang dilahirkan, pernah bermukim atau dimakamkan di kota pesisir pantai utara ini. Sebut saja Sunan Kalijaga, Sunan Bonang dan lain sebagainya. Juga karena banyaknya pesantren berdiri yang berdiri di tanah Tuban.
Sebelum disebut sebagai daerah wali, Tuban pernah pula disebut sebagai Bumi Ranggalawe (merujuk pada tokoh pada zaman sebelum Majapahit yang bernama Ranggalawe). Bahkan pernah juga disebut sebagai Kota Tuak, karena memang terkenal sebagai penghasil minuman tuak.
Namun, beberapa tahun belakangan, sejak tampuk pimpinan Bupati dipegang oleh tokoh dari kalangan pesantren, KH Fathul Huda, trademark sebagai Kota Wali kembali dimunculkan. Hingga sekarang, daerah ini menjadi salah satu destinasi utama rombongan ziarah Walisongo dari berbagai penjuru Tanah Air.
Makam di Tengah Hutan
Perjalanan di Tuban dilakukan dalam waktu yang cukup singkat, yakni dua hari. Dimulai dari daerah Alas Pakah, sekitar 7 Km dari kota. Di daerah antara Pakah dan Palang, terdapat sebuah makam, yang masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Sunan Geseng.
Sunan Geseng ini adalah murid dari Sunan Kalijaga. Sebutan Sunan Geseng diberikan Sunan Kalijaga kepada Kyai Cokrojoyo karena begitu setia terhadap perintahnya sehingga merelakan badannya menjadi hangus (Jawa : geseng).
Untuk menuju ke makam, kami harus masuk sedikit ke dalam area hutan, di mana jalan menuju lokasi masih dipenuhi dengan rimbunnya pohon-pohon jati dan pepohonan besar lainnya. Sampai di kompleks makam yang masuk dalam kawasan Desa Gesing Kecamatan Semanding, akan ada pelataran yang cukup luas. Di tempat tersebut hanya ada dua bangunan utama, masjid dan makam yang terletak di sebelah baratnya.
Sampai di makam, terdapat gapura yang bernuansakan seperti masuk ke sebuah pura, bertuliskan Makam Sunan Geseng. Di sana kami bertemu dengan Sutaji, sang penjaga makam. Dia menjelaskan sedikit banyak tentang bangunan itu. Kompleks makam kemudian direnovasi mulai tahun 1985-an. Dananya diperoleh dari masyarakat sekitar dan peziarah yang ikut membantu. “Bangunan pertama dulu cuma patok (makam), belum seperti sekarang, Mas,” kata Sutaji yang sedang ditemani dua istrinya.
Masuk ke dalam ruangan makam, terdapat penerangan 4 lampu dan satu lampu di atas makam. Di ruangan tersebut terdapat dua makam, yakni makam Sunan Geseng. “yang sebelahnya itu istrinya, namanya Siti Zubaedah,” terang Sutaji.
Masing-masing makam panjangnya kurang lebih 2 m. Di sekelilingnya terdapat pagar kayu sehingga para peziarah tidak dapat memegang langsung makam.
Pada saat kami berziarah, terdapat beberapa rombongan peziarah, yang diantaranya mengaku datang dari Lamongan. Pemimpin rombongan tersebut, Suwandi, mengaku pada hari itu mereka sudah berziarah ke makam para wali, dinataranya Sunan Ampel dan Sunan Lamongan. Rencananya setelah itu mereka juga akan ke makam Sunan Bonang.
Setiap harinya memang terdapat banyak peziarah yang datang ke makam Sunan Geseng. Mereka kebanyakan datang dari daerah Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan. Para peziarah ada yang datang dengan menaiki motor adapula yang datang rombongan dengan menaiki bus. Mereka terus berdatangan, padahal mereka tahu bahwa di daerah lain juga terdapat makam dengan nama yang sama.
Ya, seperti juga makam aulia yang lainnya, makam ataupun juga petilasan Sunan Geseng ini, di beberapa tempat lainnya diyakini sebagai makamnya. Selain di Desa Gesing ini, ada pula di Kediri, Purworejo, Pati yang berada di Pegunungan Kendeng utara dan lain-lain. Dan tentunya setiap daerah tersebut masyarakatnya meyakini bahwa makam Sunan Geseng tersebut bersemayam.
Belum sampai satu jam kami di tempat itu, senja telah tiba. Waktunya untuk segera bergegas melanjutkan perjalanan, agar kami tidak kemalaman di tengah hutan Pakah

PMII Jabar Kecam Kekerasan Preman terhadap Petani Indramayu

Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII) Jawa Barat mengecam aksi kekerasan yang dilakukan preman dan polisi terhadap massa aksi kader PMII dan petani di Desa Loyang, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Ketua PKC PMII Jabar Edi Rusyandi menjelaskan, kekerasan terjadi terkait pembangunan waduk di wilayah tersebut. Namun para petani petani yang tanah garapannya terancam tergusur dan aktivis PMII menolaknya. 

Edi menjelaskan kronologi kejadian. Pada Ahad (25/8) lalu, saat alat berat memaksa menjalankan pembuatan waduk, petani yang mempertahankan tanah garapannya mendapat tindakan anarkis dari preman wilayah tersebut. Massa yang menyusul untuk mempertahankan garapan petani itu kemudian di tengah Desa Loyang dipukuli dan dihantam dengan balok kayu hingga babak belur dan mendapat perlakuan tidak manusiawi dari preman. 

Sekitar seribuan petani dan massa yang tergabung dalam Serikat Tani Indramayu (STI) dan massa PMII Indramayu yang pada saat itu mengetahui beberapa anggotanya dipukuli, terpancing emosi.

Puncaknya, pukul 10:15 satu alat berat dibakar massa. Kericuhan dengan polisi di dekat lokasi tanah garapan tak dapat terhidarkan. Tindakan represif dari aparat sudah sangat tidak manusiawi dengan menodongkan senjata gas air mata dan peluru karet yang dirahkan kepada para petani yang tidak melakukan perlawanan sehingga mengakibatkan ratusan petani luka-luka. 

Selepas kejadi tersebut 9 petani dan aktivis PMII telah ditangkap polisi beserta kendaraannya. Sebanyak 48 kendaraan dirusak dan dibawa petugas.

“Atas hal tersebut di atas, kami keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Jawa Barat menyatakan sikap, pertama, menolak dengan tegas pembangunan waduk Bubur Gadung dan membiarkan masyarakat menggarap lahannya dengan tenang,” katanya pers rilis yang dikirim ke NU Online melalui surat elektronik.

Kedua, lanjut Edi, pembangunan waduk hanya menyuburkan mafia air di Indramayu. Ketiga, proyek ini hanya menghambur-hamburkan uang negara, “Kami berpendapat lebih baik diperuntukan kegiatan lain yang lebih bermanfaat dan tidak menyakiti masyarakat,” ujarnya.

Empat, ada banyak manipulasi dalam memuluskan proyek ini, disamping tidak ada komunikasi dengan pihak petani penggarap lahan, juga intimidasi terhadap masyarakat. Kelima, mendesak Kapolda Jabar untuk mencopot Kapolres Indramayu dan tangkap para preman yang melakukan tindakan kekerasan kepada para petani massa aksi. 

Isu kekerasan aparat ini telah menjadi isu PMII dan elemen gerakan secra nasional. Jika tidak ada respon terhadap tuntutan ini, PKC PMII Jawa barat bersama elemen gerakan lainnya segera akan menggelar aksi ke Kapolda Jabar.

Minggu, 25 Agustus 2013

GP Ansor: Pertahankan Islam Nusantara

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Nusron Wahid mengatakan, kita adalah orang Indonesia yang beragama Islam bukan orang Islam yang berada di Indonesia.

Ia mengutip ungkapan Wakil Rais Aam PBNU KH Musthofa Bisri itu pada Halal bi halal GP Ansor se-Jawa Timur di gedung Graha Cakrawala UM, Jl. Surabaya No.01 Malang, Jawa Timur, Sabtu (24/8),.

Nusron Juga menegaskan kepada seluruh Ansor yang hadir supaya terus menjaga komitmen untuk membela NKRI dan mempertahankan Islam Indonesia. 

Pasalnya, jauh sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1924, dalam lagu Hubbul Wathon ciptaan KH. Wahab Hasbullah sudah tertera nama Indonesia, dan menjadi negara yang harus diperjuangkan. 

“Ya lal wathon, ya lal wathon ya lal wathon…. Hubbul wathon minal iman… wala tahuddu minal Islam inhaduu.. alal wathon,… Indonesia biladii……” ucapnya dan menyanyikan di hadapan ribuan Ansor. 

Sesuai dengan apa yang perjuangkan para pendiri NU, menurutnya, sudah sepatutnya kader Ansor membela tanah air dan terus mepertahankan Islam Nusantara, terlebih, banyak sekali gerakan-gerakan Islam yang mulai merongrong kesatuan Indonesia.

Sontak, pidato ketua umum yang mengelegar dan menyulut semangat hadirin, ditimpali dengan tepuk sorai yang meriah dari para barisan Ansor dan undangan.

Sebelum sambutan-sambutan, seluruh Ansor menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia dan mars ansor. Hadir pada kesempatan itu Kemendigbud M. Nuh, Abu Rizal Bakrie, Kacung Marijan, dan pengurus cabang NU Kota Malang.

Dedi Mizwar Akan Bertemu Kiai di Indramayu

Indramayu, NU Online
Wakil gubernur terpilih Jawa Barat, H Deddy Mizwar, akan bertemu dengan para kiai serta ustadz pondok pesantren se- Wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayu Majakuning), Selasa(27/8) besok di Pondok  Pesantren Asy-Syafi’iyyah Kedungwungu, krangkeng, Indramyu Jawa Barat.
Kegiatan di pesantren asuhan KH Afandi Abdul Muin Syafi’i ini akan diawali dengan Istighotsah yang imami oleh Habib Hasan al-Ba’lawi pengasuh pondok pesantren Benda Kerep Kota Cirebon (pesantren tertua di Jawa Barat dan sekitarnya yang terkenal dengan kampung Sufi itu)

Menurut Ketua Panitia KH Abdul Muiz Afandi, KH al-Habib Hasan dipilih sebagai pimpinan atau Imam Istighotsah, mewakili pesantren tertua di Wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan.

“Bahkan para kiai terkemuka di Wilayah Jawa Barat adalah masih keturunan pesantren tersebut (Habib Hasan), termasuk KH Said Aqi Siroj (PBNU), kakeknya berasal dari pesantren ini. Jadi memberdayakan khazanah atau sumberdaya ulama internal,” kata Muiz.

“Acara ini, tidak ada unsur politis, murni majlis silaturrahim untuk mendiskusikan kebaikan umat dan bangsa, karenanya kami tidak mengundang orang-orang parpol, baik politisi lokal, regional maupun nasional,” tutur alumnus Universitas Bagdad Irak itu.

Adapun Deddy Mizwar, selain kapabilitasnya sebagai wakil Gubernur Jawa Barat juga diharapkan akan berbagi metode baru dalam berdakwah, dengan pendekatan kultural untuk bisa mudah diterima oleh masyarakat modern.

“Mengingat beliau juga lama berkecimpung di dunia seni  yang bernuansa dakwah,” tambahnya.,

Acara ini juga bebarengan dengan Halal bihalal dan harlah ke-60 Yayasan Pondok pesantren Asy-Syafi’iyyah selaku tuan rumah. Panitia telah menyiapkan lokasi untuk hadirin umum, para santri  dari wilayah tersebut di atas. Sekitar 12. 000 diperkirakan akan hadir.

PBNU Desak Media Boikot Penceramah Provokatif

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendesak media massa untuk memboikot mubalig, da‘I, dan penceramah yang provokatif. Media massa baik stasiun televisi maupun stasiun radio perlu menyeleksi ketat jajaran penceramah yang akan dikemukakan di tengah masyarakat.

Perihal ini diutarakan Katib Aam PBNU KH Malik Madani saat dijumpai NU Online di Kantor PBNU lantai tiga, jalan Kramat Raya nomor 164, Jakarta Pusat, Rabu (21/8) malam.

“Pasalnya media massa bertugas mencerdaskan pirsawan dan pendengarnya sebagai tanggung jawab etis,” tegas KH Malik Madani.

Media massa harus melihat pijakkan dasarnya bahwa agama adalah nilai-nilai kearifan. Ketentuan ini, tambah KH Malik Madani, bisa menjadi ukuran sejauh mana materi dakwah penceramah agama itu mengandung provokasi atau tidak.

Selain provokatif, kita semua bisa mencermati materi dakwah yang mengandung semangat diskriminatif, rasial, golongan, atau merendahkan kelas sosial baik kaya maupun miskin, tutur Katib Aam PBNU.

Masyarakat juga penting berperan serta memberikan masukan dan sejumlah catatan kepada media massa. Mereka, jelas KH Malik, dapat menggunakan hak konsumennya.

Selain semangat materi dakwahnya, media massa pun dapat memerhatikan konsistensi perilaku penceramah dengan apa yang disampaikannya kepada publik. Tentu saja secara lahiriahnya, tutup KH Malik Madani.

Rais Syuriyah NU Imbau Jaga Hubungan antar Sesama

Rais Syuriyah PCNU Nias Selatan Ustad Muhammad Fery Al Banjari mengatakan, makna halal bi halal adalah menjaga hubungan horisontal antara sesama manusia, setelah sebulan penuh melaksanakan hubungan vertikal dengan Allah melalui ibadah puasa.

Ia menyampaikan hal itu pada taushiyah Halal bi halal Pemerintah Kabupaten Nias Selatan dan mayarakat bertempat di rumah Dinas Bupati Nias Selatan (Nisel), Jalan Pancasila Kelurahan Pasar Telukdalam, Sumatera Utara, Senin (19/8).

Ustad Fery mengajak umat untuk menjauhkan diri dari dengki dan iri terhadap sesama umat agar tercipta dan terpelihara rasa harmonis baik dalam pemerintahan maupun masyarakat Nisel. 

Ia juga berharap seluruh umat islam dapat kembali kepada fitrahnya sebagai manusia, “Kita diciptakan oleh Allah SWT yang pertama sebagai khalifatul fil ardh, (pemimpin) yang mengurusi dunia, sehingga setiap kepemimpinan kita akan diminta pertanggungjawaban di hari akhir nanti atas kepemimpinan kita,” katanya.

Yang kedua sebagai hamba Allah, maka sebagai hamba kita harus melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap larangannnya.

Bupati Nias Selatan Idelisman Dachi menyampaikan agar masyarakat hidup rukun damai untuk memelihara toleransi umat beragama.

Idelisman Dachi menambahkan bahwa santunan untuk anak yatim piatu wajib diberikan setiap tahun sebesar Rp 50 juta yang dianggarkan dalam APBD Pemkab Nisel. "Saya perintahkan kepada Kepala Kesbang Pol, wajib...wajib...wajib... memberikan Rp 50 juta kepada anak yatim piatu setiap tahunnya," tegasnya.

ia juga menyampaikan, terkait ada riak-riak yang belakangan ini tidak elok didengar masyarakat dalam tubuh Pemkab Nisel hanya mungkin karena kepentingan pribadi oknum-oknum tertentu. Dengan tegas bupati menyatakan tidak akan mengabaikan kepentingan masyarakat Nisel.

"Yakin dan percaya, saya tidak mundur dan tidak terpengaruh untuk mengabaikan kemajuan kesehteraan masyarakat Nisel," tandas mantan anggota DPR RI tersebut.

Sebelumnya, Kapolres Nias Selatan yang diwakili oleh Waka Polres, Kompol Mesana S dalam sambutannya mengatakan dengan membuka hati kepada sesama saling memaafkan di hadapan Tuhan. “Dengan demikian semoga masyarakat Nisel damai dan sejahtera,” harapnya.

Didatangi Banser, Pimpinan dan Anggota MTA Kabur

Rabu (22/8) kemarin Gerakan Pemuda Ansor, Banser, dan CBP mendatangi markas MTA di Kabupaten Demak. Namun sampai lokasi ternyata pimpinan dan anggota MTA sudah tidak ada di tempat.

Dilaporkan, Demak sebagai kota wali dan kota santri yang notabene berhaluan Aswaja mulai dimasuki golongan atau kelompok Islam garis keras yang bermarkas di Solo Jawa Tengah yakni Majjlis Tafsir Alqur’an (MTA).

Desa Dondong kecamatan Demak Kota merupakan markas MTA di Kabupaten Demak. Setelah mendapatkan laporan dari para tokoh dan warga sekitar tentang kegiatan MTA di Desa Dondong yang dianggap meresahkan warga sekitar, pengurus NU setempat langsung menginstruksikan Ansor dan Banser untuk segera bertindak tegas.

Segera setelah mendapatkan instruksi, GP Ansor, Banser, CBP dari kantor PCNU langsung menuju lokasi dengan membawa 300 an anggotanya dengan aksi damai. Namun karena pimpinan dan anggota MTA sudah tidak ada di tempat, akhirnya hanya terjadi dialog dengan aparat keamanan.

Ketua PC Ansor Demak H.Abdurrahman Kasdi selesai berdialog yang didampingi Kapolres Demak, Dandim, Kapolsek, Koramil Demak Kota, Ketua MWC NU Demak Kota ketua PC IPNU serta lurah Dondong ditengah tengah ratusan Banser, CBP dan warga sekitar yang bertempat di halaman masjid Mubarokah Desa Dondong menyampaikan bahwasannya NU, Ansor dan Banser menuntut agar MTA didesa tersebut dihentikan kegiatannya untuk selamanya dikarenakan kegiatan mereka dianggap meresahkan masyarakat sekitar yang sudah mapan dalam beribadah,

“Kami datang kesini atas laporan warga sini (Desa Dondong) , atas nama Nahdlatul Ulama kami minta kepada kepolisian agar kegiatan MTA disini dihentikan selamanya,” tuntut Abdurrahman.

Sementara itu kepala Satkorcab Banser Musta’in meminta kepada Kapolres Demak yang diwakili kasatintel Ruswiyanto agar pimpinan MTA Supardi dan anggotanya untuk bisa dipertemukan dengan Ansor dan Banser yang difasilitasi oleh Kapolres dengan melibatkan Kesbangpolinmas kabupaten Demak untuk bias mempertanggungjawabkan perbuatannya yang dianggap meresahkan warga sekitar yang merasa terganggu dengan kegiatan mereka,paling lama 3 hari, 

“Kami meminta pada bapak Kapolres Demak Supardi dan anggotanya harus dipertemukan dengan kami untuk bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya yaitu menghentikan segala bentuk kegiatannya dikabupaten Demak, kami beri waktu 3 hari,” tegas Mustain.

Ditempat yang sama Kapolres Demak melalui kasatintel Ruswiyanto berjanji ditengah tengah anggota banser dan warga sekitar untuk bisa memanggil dan berdialog antara MTA, NU, Ansor dan Banser,

“Karena sekarang pimpinan MTA pak Supardi tidak ada ditempat kami berjanji maksimal tiga hari untuk bisa mempertemukan Supardi dan anggotanya untuk diajak dialog dengan NU dan Ansor,” jelas Ruswiyanto

Sedangkan Sukarman yang juga tetangga dekat Supardi mengutarakan kalau kegiatan yang diselenggarakan MTA sangat mengganggu lingkungan dikarenakan keseharian selalu menyalakan radio yang dilangsungkan ke soundystem  dengan sengaja didengarkan kepada tetangga disamping itu sangat mengusik kegiatan beribadah warga yang sudah mapan, berdasarkan keterangannya pula pengikut didesanya hanya 4 kepala keluarga yang banyak adalah pendatang dari luar daerah dondong,

“Pengikut MTA dikampung ini hanya empat keluarga saja, justru kegiatan pengajian didatangi oleh banyak orang dari luar daerah namun kegiatannya sangat mengganggu lingkungan” kata Sukarman.

Senin, 19 Agustus 2013

PBNU Berharap Rakyat Mesir Tekankan Dialog

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj berharap agar berbagai kelompok masyarakat di Mesir yang sedang bersengketa melakukan dialog dalam penyelesaian masalah, tidak dengan menggunakan cara-cara kekerasan dan pemaksaan kehendak.

“Untuk menghindari kehancuran Mesir, semua pihak harus mau berdialog. Kami berharap lembaga-lembaga internasional seperti OKI, PBB, termasuk pemerintah Indonesia dapat memfasilitasi dialog ini,” katanya, di gedung PBNU, Senin (19/8).

Ia sangat menyesalkan penggunaan kekerasan oleh pihak militer Mesir dalam konflik politik tersebut. “Dalam perang pun, ada aturannya bagaimana berhadapan dengan musuh. Ini rakyat sendiri dan sama-sama Muslim kok saling bunuh-bunuhan,” tandasnya.

Kejadian tersebut menurutnya sangat memalukan. “Wajah Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi peradaban tercoreng dengan kejadian seperti itu,” imbuhnya.

Apalagi, mengingat Mesir merupakan pusat kebudayaan Islam yang paling maju diantara negara-negara Muslim lainnya. Di situ terdapat Al Azhar yang selama beberapa abad telah mendidik dan melahirkan para ulama di seluruh dunia. Namun, faktanya, mereka sendiri tidak dapat menyelesaikan persoalan internal.

Di sisi lain, ia juga tidak setuju dengan cara-cara Ikhwanul Muslimin ketika memerintah yang ingin menguasai seluruh sektor kehidupan masyarakat. Dalam hidup berbangsa dan bernegara, harus mempertimbangkan aspirasi semua pihak. Hal ini menjadi bagian dari timbulnya konflik besar ini.

Ia juga menegaskan, dirinya tidak mendukung Mursi, sebagaimana dipelintir oleh sebuah website para pendukung salah satu kelompok yang bertikai di Mesir yang ada di Indonesia.

“Saya tidak mendukung salah satu kekuatan politik, tetapi lebih pada mendorong bagaimana penyelesaian masalah secara beradab, tidak dengan menonjolkan kekerasan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,” tegasnya. 

Jangan Pilih Pemimpin yang Benci Tradisi NU!

Menyambut Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), KH Manarul Hidayat menghimbau warga NU tidak memilih pemimpin yang ‘membenci’ tradisi keagamaan yang sudah melekat dalam diri warga Nahdliyin.

“Jangan pilih pemimpin yang benci sama maulidan, rajaban, tahlilan, dan tradisi NU lainnya!” kata Kiai Manarul dalam pidatonya di acara halal bihalal warga NU Kabupaten Subang, Jum`at (16/8) kemarin.

Dalam kegiatan yang dilaksanakan di Kantor PCNU Subang tersebut, Pengasuh Pesantren Al-Mahbubiyyah Jakarta ini mengingatkan agar warga NU mampu selektif dalam memilih pemimpin, jangan sampai tertipu dengan berbagai macam iming-iming yang ditawarkan, karena jika sampai salah pilih, yakni memilih pemimpin yang tidak menyukai tradisi NU, maka perlahan-lahan tradisi NU akan hilang dari bumi nusantara ini.

“Saya mendapat informasi dari seorang teman itu sudah ada orang yang berani merampas dan merebut uang yasinan, uang yasinan direbut karena yasinan dianggapnya bid`ah, padahal Imam Syafi`i sudah menjelaskan bahwa bid`ah itu ada yang hasanah ada yang sayyiah, jadi rakyat saja sudah berani apalagi kalau jadi pemimpin, kalau yang semacam ini dibiarkan, apa yang akan terjadi 5 tahun, 10 tahun, 30 tahun mendatang?” papar Ketua Asosiasi Bina Haji & Umroh Nahdlatul Ulama (Asbihu NU) itu

Menurut Kiai Manarul, NU bukanlah lembaga politik, namun sikap politik NU adalah selalu memperjuangkan nilai dan cita-cita Ahlussunah Waljamaah serta kemerdekaan Republik Indonesia, untuk itu dia berpesan agar warga NU dapat memilih pemimpin yang peduli dengan cita-cita dan perjuangan NU tersebut.

“Siapa yang peduli dengan NU, maka warga NU wajib dukung, jangan mendukung kepada pihak yang justru bertolak belakang dengan cita-cita NU,” pungkasnya terkait pelaksanaan pemilihan Bupati Kabupaten Subang yang siap digelar pada tanggal 8 September 2013 mendatang

Istighotsah Akbar Peringati Kemerdekaan Dihadiri Habib Luthfi

Para kiai dan ulama bersama Habib Lutfi bin Ali bin Yahya menghadiri Istighotsah Akbar, di Alun-alun Kabupaten Rembang, Senin (19/8).

Istighotsah digelar dalam rangka doa bersama  dan peringati Hut kemerdekaan RI ke-68 yang diikuti warga masyarakat dan para alim ulama setempat. Disampaikan, kegiatan ala NU ini digelar sebagai bagian dari ikhtiar religi dalam rangka mewujudkan Kabupaten Rembang yangbaldatun thoyyibatun warobbun ghofur.

Warga dan masyarakat memadati alun-alun kota sejak pukul 12.00 meski istighosah dimulai jam 13.30 wib. Masyarakat berdatangan dari berbagai daerah dari luar daerah sekitar Rembang. 

Mereka datang ingin bershalawat dan berdoa bersama dengan Habib Luthfi. Kibaran bendera kebesaran NU, Ansor, Banser dan merah putih memeriahkan suasana, yang bertanda mereka cinta ajaran Ahlussunah wal Jama’ah.  

Wakil Bupati H Abdul Hafidz dalam kesempatan tersebut menyampaikan, kegiatan Istighotsah Akbar dapat kita manfaatkan sebagai wahana untuk berdoa dan memohon petunjuk dan bimbingan Allah SWT, agar di tahun 2013 dan tahun-tahun selanjutnya.

“Kita semua dan seluruh warga masyarakat Kabupaten Rembang dijauhkan dari ujian, cobaan dan musibah. Sekaligus kita mohon agar dilimpahkan berbagai kemudahan dan barokah, sehingga dapat membawa masyarakat Rembang pada ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan,” katanya.

Wabub dalam kesempatan itu menyampaikan, di bulan Syawal ini Pemda Kabupaten rembang mengucapkan minal a’idin wal faizin mohon ma’af lahir dan batin, dengan harapan di tahun ini kehidupan masyarakat Rembang semakin baik dan semakin sejahtera. 

Jumat, 16 Agustus 2013

Kebenaran Islam Tercermin dalam Kemurnian Qur’an



Sebagai cendekiawan Muslim, Guru Besar Ilmu Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Prof Dr KHM Ridlwan Nasir MA, sering menyelipkan bukti-bukti ilmiah dalam setiap ceramah atau pidatonya.

Misalnya, ketika ia berkhutbah tentang "Puasa untuk Membentuk Manusia Tangguh dalam Meraih Kehidupan Bahagia" saat Shalat Idul Fitri di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (8/8).

"Kebenaran Islam itu tercermin dari kemurnian Al-Qur’an sejak diturunkan hingga kiamat yang dijamin Allah dalam Surat Al Hijr ayat 9," ucap Direktur Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya itu.

Jaminan Allah antara lain terlihat dari adanya orang yang hafal Al-Qur’an yang terdiri dari 114 Surat, 6.236 ayat, 74.437 kata, dan 325.345 huruf itu, padahal pemeluk agama lain belum ada yang hafal seperti itu.

"Bukti lain adalah Nabi Muhammad SAW adalah Ummi (tidak bisa baca tulis), sehingga Al-Qur’an itu jelas bukan buatan beliau," tutur mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya itu.

Tidak hanya itu, Al-Qur’an sebagai mukjizat yang diturunkan secara bertahap selama 22 tahun dua bulan 22 hari itu juga memiliki kata-kata yang seimbang dan kata-kata dengan keseimbangan khusus.

"Kata-kata yang seimbang dalam Al-Qur’an itu antara lain jumlah kata dengan antonim (lawan kata), seperti khoir (baik) yang berjumlah 167 kali, ternyata antonim-nya yakni syahru (jelek) juga berjumlah 167 kali," kilahnya.

Contoh lain, kata "hayat" (hidup) dan "maut" (mati) yang disebut dalam jumlah yang sama yakni 145 kali, kata "akhiro" (akhirat) dan "dun-ya" (dunia) yang juga sama-sama disebut 125 kali, atau kata "syaithon" dan "malaikat" yang sama-sama disebut 88 kali, dan sebagainya.

Adapula kata-kata yang memiliki keseimbangan khusus yakni kata "yaumi" (mufrat) yang berarti hari, ternyata disebut dalam jumlah 365 kali yang berarti setara dengan jumlah hari dalam setahun sebanyak 365 hari.

"Kata `yaumaani` (jamak) yang disebut 30 kali, padahal jumlah hari dalam satu bulan rata-rata terdapat 30 hari. Selain itu, kata `syahru assyahru` disebut 12 kali, padahal bulan dalam satu tahun ada 12 bulan. Kata langit juga disebut tujuh kali, padahal langit ada tujuh tingkatan. Jadi, ada keseimbangan khusus," tukasnya.

Tentu, ungkap A`wan Syuriah PWNU Jatim itu, jaminan Allah dan bukti-bukti ilmiah itu sudah cukup membenarkan bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat dan bukan buatan manusia sebagaimana tuduhan kaum orientalis.

"Alangkah indahnya bila kita menarik pelajaran penting dari keseimbangan kata-kata dalam Al- Qur’an itu dengan menjalani kehidupan yang seimbang, yakni antara pikir dan zikir atau antara akhirat dan dunia, dan seterusnya," kupasnya.


Awal September, PBNU Gelar Rapat Pleno di Wonosobo

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan mengadakan Rapat Pleno di Pondok Pesantren Mahasiswa Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Wonosobo, Jawa Tengah, 6-8 September 2013. Rapat Pleno dihadiri pengurus PBNU lengkap dari jajaran Syuriyah, A’wan dan Tanfidziyah, serta para ketua lembaga, lajnah dan badan otonom.

Dalam AD/ART NU disebutkan, Rapat Pleno diadakan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali. Rapat Pleno membicarakan pelaksanaan program kerja.

Sekretaris Panitia Rapat Pleno PBNU, H Sulthon Fathoni kepada NU Online Rabu (14/8) mengatakan, Rapat Pleno kali ini akan membahas beberapa hal penting, antara lain penataan organisasi, inventarisasi dan pengembangan aset NU, tata laksana kelembagaan, kaderisasi, dan evaluasi program sebagaimana amanat Muktamar NU di Makassar 2010.

Rapat juga rencananya akan mematangkan konsep Ahlul Halli wal Aqdi, atau model pemilihan baru Rais Aam dan Ketua Umum PBNU untuk disahkan dalam Muktamar mendatang. Atas berbagai pertimbangan, pada Muktamar 2015 nanti direncanakan pemilihan pucuk pimpinan NU tidak akan dilakukan dengan model pemilihan langsung.

Mahfudz MD: Aneh, Indonesia Kaya Tapi Rakyatnya Miskin

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini sedang melaju kencang. Potensi sumberdaya alamnya  juga tak diragukan. Di level Asia, posisi ekonomi Indonesia, sangat bagus. Bahkan pada tahun 2030, kekuatan ekonomi Indonesia diperkirakan bertengger di posisi keenam atau ketujuh dunia.

Namun aneh, tapi jumlah orang miskin masih puluhan juta. Demikian dikemukakan Prof. DR. Mahfudz MD saat memberikan pengarahan dalam acara “Halal Bi Halal dan Silaturrahim Warga Nahdliyyin-Nahdliyyat se-eks Karesidenan Besuki“ di Pesantren Nuris, Antirogo, Jember, Rabu (14/8). 

Menurut Mahfudz, kekayaan alam yang melimpah tidak menjamin penghuninya makmur dan berkecukupan. Makmur atau tidaknya penduduk suatu negara, tergantung pada pengelola negara itu sendiri. Begitu juga dengan Indonesia. Negara yang begitu kaya raya, tapi orang miskin berkeliaran di mana-mana. “Apa penyebabnya? Ini terletak  pada kepemimpinan yang tidak beres,” tukasnya.

Mantan Ketua MK itu menambahkan, baiknya tidaknya suatu negara sangat bergantung pada orang yang mengelola negara itu sendiri, yakni para pemimpinnya. Jika mengelola negara  tidak becus, maka potensi ekonomi yang ada tidak akan bermanfaat banyak bagi rakyatnya, kemakmuran tidak merata, keadilan jomplang dan sebagainya.

“Kenapa? Karena kekayaan negara dikorupsi. Negara ini sudah hancur. Korupsi besar-besaran terjadi di mana-mana. Tadi malam saja (kemarin: red) Kepala  SKK Migas sudah tertangkap tangan oleh penyidik KPK,” ungkapnya.

Selain Mahfudz MD, Halal Bi halal tersebut juga dihadiri oleh KH. Hasyim Muzadi, Menakertrans RI, Muhaimin Iskandar, para kiai se-wilayah tapal kuda dan sekitar 3000 hadirin.

PBNU Serukan Doa untuk Mesir

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyerukan kaum muslimin Indonesia untuk membacakan qunut nazilah terkait memburuknya kondisi politik di Mesir. Qunut nazilah adalah doa jika terjadi bencana, yang dibacakan di rakaat terakhir setelah bangun dari ruku'.
Sebagaimana diwartakan berbagai media, banyak korban berjatuhan ketika tentara dan kepolisian Mesir memaksa pendukung mantan presiden Morsi untuk membubarkan diri dari demonstrasi yang telah digelar mereka dalam beberapa hari. Pemerintahan sementara Mesir lewat menteri kesehatannya mengatakan 525 orang tewas dalam aksi pembubaran itu, dan ratusan lainnya luka-luka. Sementara Ikhwanul Muslimin yang merupakan pendukung utama Morsi mengatakan jumlah korban lebih dari 1000.
Dengan jatuhnya korban jiwa tersebut, Kang Said menyerukan agar segera diambil langkah-langkah guna menghindarkan Mesir jatuh ke dalam kondisi yang lebih buruk. "Umat Islam itu satu tubuh, jika ada yang sakit yang lain ikut merasakan," kata Kang Said di Jakarta, Kamis (15/8).
Maka terlepas dari tarik-menarik politik antar kekuatan di Mesir yang notabene sama-sama muslim, Kang Said menyerukan umat muslim di indonesia untuk memberikan solidaritasnya terhadap para korban. "Sekurang-kurangnya melalui doa, karena kekuatan doa itu sangat dahsyat," ujarnya

Qunut Nazilah untuk Mesir dan Suriah

Usai khotbah di masjid An-Nahdyiyah PBNU, sebelum mengimami shalat Jum’at KH A. Nuril Huda diam sejenak menghadap para jamaah. “Nanti kita akan membacakan qunut nazilah untuk kaum Muslimin di Mesir dan Suriah,” katanya. Tatapan matanya seperti kosong, menerawang jauh.

“Marilah kita mendoakan saudara-saudara kita sesama muslim di Mesir dan Suriah yang saat ini kondisinya tidak karu-karuan itu,” kata sesepuh Lembaga Dakwah NU itu, sambil menjelaskan singkat teknis pelaksanaan qunut nazilah, Jum'at (16/8).

Pada rakaat kedua shalat Jum’at itu, usai ruku’, Kiai Nuril Huda memimpin para jamaah membacakan qunut nazilah, doa qunut yang persis dibaca ketika shalat subuh dengan sedikit tambahan. “Allahumma sallimna wal Muslimin.” Ya Allah selamatkan kami dan kaum Muslimin.

Diwartakan, konflik dan perang saudara di Suriah belum selesai. Kini Mesir diumumkan berada dalam kondisi darurat. Pemerintah sementara pascakudeta militer mengumumkan bahwa negara dalam keadaan bahaya selama sebulan ini.

Pemerintah mengklaim para demonstran telah melakukan tindakan anarkis dengan merusak banyak fasilitas negara, yang berbuntut pembubaran paksa dengan senjata di titik-titik kerumunan massa. Ratusan orang dikabarkan tewas, dan ribuan luka-luka.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Kamis (15/8) kemarin telah mengimbau umat Islam di Indonesia untuk membacakan qunut nazilah untuk kaum Muslimin di Mesir. Doa qunut nazilah dibaca ketika umat Islam dirundung bencana yang sangat berat. “Umat Islam itu satu tubuh, jika ada yang sakit yang lain ikut merasakan," katanya. 

Terlepas dari tarik-menarik politik antar kekuatan di Mesir yang notabene sama-sama muslim, ia menyerukan umat muslim di Indonesia untuk memberikan solidaritasnya terhadap para korban. "Sekurang-kurangnya melalui doa, karena kekuatan doa itu sangat dahsyat," ujarnya.

Namun, sebelumnya PBNU telah menghimbau warga negara Indonesia, terutama para mahasiswa yang berada di Mesir untuk tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri Mesir.

“Tidak perlu berkomentar secara lisan atau tertulis. Nanti kalau ketahuan malah jadi problem. Keadaan di sana masih tidak kondusif,” kata KH Said Aqil Siroj di kantor PBNU pertengahan Ramadhan lalu. (

Rabu, 14 Agustus 2013

Pria Bersenjata Bunuh 44 Orang di Masjid Nigeria



Gerilyawan diduga telah menembak mati 44 jemaah dalam serangan terhadap satu masjid di Nigeria timur laut yang bergolak, kata seorang pejabat senior pemerintah pada Senin.

"Sejumlah pria bersenjata diyakini anggota Boko Haram memasuki masjid dan melepaskan tembakan kepada para jemaah, menewaskan 44 orang," kata pejabat itu yang tak bersedia disebut namanya karena tidak berwenang untuk berbicara secara terbuka mengenai serangan di Konduga pada Ahad itu.

AFP melaporkan, pejabat itu, mengatakan serangan tersebut diyakini merupakan balas dendam atas warga kelompok panitia siaga yang dibentuk untuk membantu militer bertempur memerangi kelompok garis keras Boko Haram, yang telah melakukan pemberontakan sejak tahun 2009.

Beberapa warga membicarakan tentang para penyerang yang tiba dengan menyamar berseragam tentara, satu taktik yang mereka gunakan di masa lalu untuk menyamarkan diri mereka, meskipun rinciannya belum secara resmi dikonfirmasi.

Serangan itu terjadi saat militer Nigeria mengejar serangan di timur laut negara itu yang bertujuan mengakhiri pemberontakan, dengan keadaan darurat diumumkan di daerah itu pada Mei.

Dalam beberapa pekan terakhir, militer telah mendorong pembentukan kelompok siaga untuk membantu pihak berwenang mencari dan menangkap anggota Boko Haram.

Kelompok-kelompok siaga itu dipuji untuk mengurangi jumlah serangan, tetapi beberapa telah memperingatkan bahwa situasi bisa lepas kendali dan mengarah pada kekerasan lebih lanjut.

Pemberontakan Boko Haram telah menewaskan sedikitnya 3.600 orang sejak 2009, termasuk pembunuhan oleh pasukan keamanan, yang telah dituduh melakukan pelanggaran-pelanggaran besar.

Istilah Halal Bi halal Muncul dari Solo ?

Pada saat Lebaran, masyarakat Indonesia mengadakan acara halal bihalal atau bersilaturahmi untuk saling memaafkan. Di masyarakat Jawa, tradisi ini disebut juga dengan Sungkeman. Konon tradisi ini dari kota Solo.
Menurut keterangan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger, Pengageng Kasentanan Keraton Surakarta, tradisi sungkeman di Keraton Kasunanan Surakarta, dan Kadipaten Pura Mangkunegaran, pertama kali dilakukan di era KGPAA Sri Mangkunegara I.
“Saat itu, beliau bersama seluruh punggawanya berkumpul bersama dan saling bermaafan setelah salat Id dilakukan,” kata Gusti Puger, Kamis (8/8) lalu.
Namun seiring dengan pergolakan yang terjadi di Nusantara pada saat itu, pihak Keraton sendiri tak bisa leluasa menggelar tradisi sungkeman. Penyebabnya karena kaum kolonial mencurigai tradisi sungkeman, sebagai pertemuan terselubung untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah.
Bahkan, pernah suat kali saat terjadi prosesi sungkeman di gedung Habipraya, Singosaren, saat Lebaran pada tahun 1930, Belanda nyaris saja menangkap Ir Soekarno, dan dr R. Radjiman Widyodiningrat yang merupakan dokter pribadi SISKS Paku Buwono (PB) X, Raja Keraton Surakarta.
“Jadi memang sangat diawasi pihak kolonial saat itu. Tapi karena peristiwa itulah, akhirnya PB X justru malah membuka tradisi sungkeman menjadi semacam open house seperti sekarang,” jelas Gusti Puger.
Senada, Kanjeng Raden Arya (KRA) Hudayaningrat, salah satu pengamat sejarah di kota Solo membenarkan jika tradisi Halal Bihalal berasal dari Solo. Menurutnya semua itu berawal dari sabda PB X, saat peristiwa pengepungan oleh Belanda di Gedung Habipraya terjadi saat hari raya Idul Fitri tahun 1930.
“Betul sekali. Saat itu Ir Soekarno, dan dr Radjiman Widyodiningrat mau ditangkap Belanda, karena dituduh menggalang masa untuk melawan kolonialisme di Gedung Habipraya saat Lebaran,” ungkap Hudayaningrat.
PB X yang juga berada di lokasi pada saat itu, spontan menjawab jika itu bukan aksi penggalangan masa, tapi halal bi halal saat Lebaran. Dan yang dimaksud halal bi halal yang sungkeman itu sendiri.
“Para ulama Keraton Surakarta sendiri pada saat itu bingung apa arti halal bi halal. Tapi karena itu sabda Raja yang juga merupakan pemuka agama tertinggi di Surakarta, maka dianggap menjadi sebuah kesepakatan bersama, dan terus dipakai hingga sekarang,” kata Hudayaningrat.

Senin, 12 Agustus 2013

Dikunjungi ARB, PBNU Bicara Pemerataan Ekonomi




Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakri (ARB) yang juga berniat mencalonkan diri sebagai presiden RI berkunjung ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jakarta Pusat, Rabu (7/8) siang. ARB beserta rombongan disambut oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj bersama beberapa pengurus tanfidziyah dan ketua lembaga.

KH Said Aqil Siroj dalam kesempatan itu mengatakan, reformasi yang berlangsung di Indonesia sejak 1998 hanya bisa dikatakan berhasil untuk bidang politik. Namun dalam hal yang substansial menyangkut keadilan dan kemakmuran, reformasi masih belum menghasilkan apa-apa.

Dalam kesempatan itu disampaikan, pemerintah selalu berbicara angka pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Namun kenyataannya masyarakat tidak merasakan dampak apapun.

“Pemerintah selama ini mementingkan persoalan pertumbuhan ekonomi, bukan pemerataan. Pemerintah telah mengatakan telah memberikan kredit usaha dan semacamnya tapi mana? Nyatanya masyarakat di kampung saya juga tidak tahu,” kata Kang Said, panggilan akrab kiai asal Cirebon itu.

Menurutnya, pemerataan ekonomi mutlak menjadi agenda presiden ke depan, siapa pun yang terpilih. “Yang semakin kaya hanya Pak Haji yang punya modal besar,” kata Kang Said.

Sekjen PBNU Marsudi Syuhud dalam kesempatan itu bahkan menantang ARB untuk mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk pemerataan ekonomi.

“Kalau Anda terpilih jadi presiden, apakah Anda berani mengalokasikan 30 persen APBN untuk pemerataan? Saat ini dari sekian anggaran tidak ada satu persennya untuk kredit usaha rakyat,” katanya.

Menurut Marsudi, enam program pemerintah saat ini yang menyangkut soal pemerataan, yakni KUR, BLSM, BOS, Raskinm PNPM dan Jamkes hanya ibarat permen, sama seperti di masa Orde Baru. Pemerintah tidak betul-betul serius mengusahakan pemerataan ekonomi.

Menanggapi hal itu, ARB mengatakan, dalam Visi Indonesia 2045 yang digagas bersama Partai Golkar tidak hanya ditekankan soal pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pemerataan. “Saya sepakat dengan PBNU bahwa pembangunan itu tidak ada artinya tanpa pemerataan,” katanya.

Menurutnya, beberapa program yang dicanangkan dalam Visi Indonesia 2045 sudah menyangkut persoalan pemerataan, antara lain pembangunan infrastruktur desa, aturan yang ketat terkait pendirian hypermarket, serta program kredit bergulir. “Kredit bergulir selama ini memang sudah ada, tapi jumlahnya tidak cukup.

Lebih lanjut, ARB mengatakan, kedatangannya bersama rombongan adalah dalam rangka meminta masukan dari NU untuk menyempurnakan Visi Indonesia 2045 yang digagas Partai Golkar sejak setahun yang lalu. Dikatakan, sebelumnya pihaknya juga telah meminta masukan kepada Muhammadiyah.

“Akhir September rangkuman dari masukan untuk Visi Indonesia 2045 ini harus sudah selesai dan akan menjadi panduan bagi calon Presiden Partai Golkar. Kenapa perlu ada visi semacam ini? Karena amandemen UUD yang terjadi beberapa kali sudah menghapuskan GBHN,” katanya.

KANTOR PWNU JATIM DIKONTRAKKAN " KH Miftahul Akhyar: Yang Penting Bukan Partai "

Rencana kantor lama Pengurus Wilayah Jawa Timur (PWNU) Jatim akan dijadikan sebagai tempat persinggahan para kiai dan untuk tempat penginapan tamu PWNU Jatim, kini menjadi angan-angan sejumlah kader NU. Pasalnya, keberadaan kantor PWNU lama di Jl Darmo 96 Surabaya ini dalam waktu dekat bakal dikontrakkan.
Sumber NU Online di PWNU Jatim menjelaskan, rencananya kantor lama PWNU bakal dikontrakkan pada DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jatim Nahrawi, dengan nilai kontrak sekitar Rp 5 Milliar untuk 10 tahun. “Saya dengar sudah ada pembicaraan soal rencana akan dikontrakkan ke PKB Pak Nahrawai,” tuturnya.
Menanggapi adanya lamaran dari DPW PKB Jatim Imam Nahrawi akan mengontrak kantor PWNU lama dengan nilai kontrak sekitar Rp 5 miliar untuk 10 tahun diakui oleh KH Miftachul Akhyar. Tapi, masa kontraknya bukan untuk 10 tahun melainkan maksimal 4 tahun.
”Memang ada pembicaraan rencana akan dikontrakkan kantor lama. Tapi, ini masih dalam status pembicaraan belum ada kesepakatan dalam rapat. Dalam rapat, saya juga mengingatkan kalau bisa tidak untuk waktu yang lama. Maksimal cukup dikontrakkan 4 tahun. Dan keberadaan kantor lama PWNU ke depan tetap akan dijadikan sebagai tempat persinggahan para kiai dan tamu PWNU Jatim,” ujar Kiai Miftah, Senin (15/1).
Menurutnya, alasan jajaran pengurus harian PWNU Jatim akan mengontrakkan kantor lama tersebut karena kebutuhan finansial dan operasional untuk kantor baru PWNU depan Masjid Agung Surabaya (MAS) masih membutuhkan dana yang cukup banyak. Namun, ia mengharapkan jika nanti kantor PWNU lama ini dikontrakkan bukan pada PKB atau partai manapun. Pasalnya, jika dikontrakkan pada partai, ia khawatir perawatan gedung (lama) PWNU Jatim ini tidak terjamin, jika masa kontraknya habis.
”Sudah tahu sendiri. Partai itu ‘kan jarang memperhatikan perawatan kantornya. Meski nilai kontraknya besar. Tapi, kalau biaya perawatan setelah masa kontraknya habis. PWNU masih harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. Sama saja juga bohong,” terang Kiai Miftah, yang mengharapkan kantor lama PWNU Jatim ini dikontrak oleh bank dan pengusaha lain yang bisa menjaga kelestarian dan perawatan bangunan kantor lama PWNU.
Menanggapi rencana dikontrakkannya kantor lama PWNU Jatim pada partai politik terhadap khittah NU 1926 dan amanat prasasti 27 November 1996 yang ditandatangani KH Abdurrahman Wahid (Ketua Umum PBNU), KH Ilyas Ruchiyat (Rais Aam) dan KH Hasyim Muzadi (Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim), KH Imron Hamzah (Rais Syuriah), untuk tidak sekali-kali dipindahtangankan dengan cara dan dalih apapun. Kiai Miftah mengaku kalau pihaknya tidak bersebrangan dengan prasasti dan khittah NU.
“Kantor ini tidak dijual tapi dikontrakkan. Kalau melanggar Khittah NU 1926 itu yang nanti akan dijadikan pemikiran lagi oleh para pengurus. Sebenarnya, di Khittah NU itu kan NU tidak boleh terlibat politik praktis, tapi kalau gedungnya dikontrakkan apa itu melanggar Khittah NU,” katanya.
Ia menambahkan persoalan ini harus ditanggapi secara positif , sebab dasar rencana dikontrakkannya kantor lama ini untuk memenuhi kebutuhan finansial dan operasional proses pembangunan kantor baru PWNU. “Rencana akan dikontrakkan ini masih cukup lama kok, karena kami akan membentuk tim untuk membahas persoalan ini,” tuturnya.
Sebenarnya rencana ini tidak ada, karena aset bangunan PWNU di Prigen yang menghabiskan dana Rp 2 Miliar dan tanah yang ada di Wonocolo belum terjual. ”Akhirnya, ada rencana untuk mengkontrakkan kantor lama ini,” tambahnya.
Rencana Pindah
Menanggapi keinginan PKB Jatim Nahrawi untuk mengkontrak kantor lama PWNU Jatim diakui oleh Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim KH Ali Maschan Moesa. “Memang ada keinginan dari pihak PKB Imam Nahrawi untuk menyewa gedung PWNU. Tapi, itu belum keputusan final,” tuturnya.
Pasalnya, untuk memutuskan boleh dan tidaknya partai politik menyewa gedung lama PWNU Jatim ini, Ali Maschan menjelaskan perlu ada pembahasan di jajaran pengurus harian PWNU Jatim. “Semua ini kan perlu dirapatkan. Sebab, semua pengurus PWNU kan punya pandangan berbeda-beda. Jadi kita lihat saja nanti,” katanya.
Ia menambahkan rencana ini masih cukup lama. Sebab, sejauh ini semua pengurus PWNU Jatim berserta banom masih merencanakan untuk pindak ke kantor baru PWNU Jatim depan MAS. ”Wong kita pindah saja belum, kenapa kok mikir yang dikontrakkan. Insyaallah, kalau tidak ada halangan Ahad (28/1) mendatang semua pengurus dan banom akan pindah ke kantor baru PWNU Jatim,” pungkasnya. (duta)

Jelang Konfercab, NU Subang Gelar Halal Bihalal

Duet Kepemimpinan KH Moh Musa Muttaqin–KH Musyfiq Amrullah dalam memimpin Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Subang akan segera berakhir, untuk itu PCNU Subang siap menggelar  Konferensi Cabang (konfercab) pada tanggal 21 Agustus 2013, adapun tempat yang sudah disepakati adalah Pesantren Pagelaran III Cisalak, Subang, Jawa Barat.

Demikian disampaikan KH Agus Syarifudin, Wakil Ketua PCNU Subang di sela-sela kegiatan lomba bedug yang digelar di Masjid Besar Baiturrahman Kecamatan Purwadadi. Senin (5/8)

“Nanti Tanggal 21 Agustus kita konfercab di Pesantren Pagelaran III Cisalak, saya dengar katanya beberapa nama sudah bermunculan untuk naik jadi rais dan ketua PCNU,” paparnya.

Sebelum menggelar konfercab, tambah Kiai yang akrab disapa Haji Agus itu, PCNU Subang akan mengadakan kegiatan halal bihalal, rencananya kegiatan halal bihalal akan digelar usai sholat Jum`at tanggal 16 Agustus 2013, bertempat di Kantor PCNU Subang.

PCNU Subang mengharapkan kepada jam’iyah dan jamaah Nahdliyin khususnya yang ada di kabupaten Subang untuk dapat menghadiri kegiatan halal bihalal tersebut, karena selain akan ada tausiyah dari KH Manarul Hidayat, kegiatan itu juga merupakan halal bihalal terakhir untuk kepengurusan PCNU Subang periode 2008-2013.

NU Jatim: Idealnya Pemimpin yang Mendatangi Rakyat

Banyak cara dilakukan untuk meminta maaf kepada sesama. Semuanya bermuara kepada satu tujuan yakni agar kesalahan dan khilaf dapat lebur dan berganti ampunan.

“Sebenarnya silaturrahim bisa dilaksanakan setiap waktu dan tidak harus setelah Idul Fitri,” kata KH Abdurrahman Navis kepada NU Online (11/8).  Bagi dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya ini, kesalahan dan khilaf yang dilakukan manusia tidak sepatutnya menunggu setahun untuk memintakan maaf.

Namun Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur ini mengakui bahwa “Momentum  Idul Fitri menjadi lebih bermakna dengan silaturahim sebagai implementasi hablum minannaskarena sudah melaksanakan puasa selama sebulan sebagai bentuk hablum minallah,”terangnya.

Untuk bisa mencapai silaturahim yang ideal, Wakil Ketua PWNU Jawa Timur ini menyarankan agar saat beranjangsana, mereka yang usianya lebih muda mendatangi yang tua. Demikian juga “Diupayakan mereka yang kaya mendahului untuk berkunjung kepada yang miskin,” lanjutnya.

Sedangkan untuk para pejabat, Kiai Navis menyarankan agar mereka yang memiliki inisiatif untuk mendatangi rakyat. “Sangat disarankan kalau pejabat mengadakan silaturahim dengan menyapa dan memintakan maaf kepada rakyat yang dipimpinnya,” ungkapnya.

Karena bagaimanapun baiknya seorang pemimpin, pastinya ada saja kebijakan dan aturan yang membuat sakit rakyat. 

“Meskipun hal itu demi kebaikan mereka, namun ada kalanya masyarakat tidak mengerti tujuan mulia dari peraturan yang diberlakukan,” tegasnya.

Karena itu pengasuh konsultasi agama di sejumlah radio dan media cetak ini menyarankan agar ada kesadaran dari para pemimpin untuk lebih dahulu menyapa rakyat. 

“Harusnya pejabatlah yang mendahului memintakan ampun kepada rakyatnya,” sergahnya.

Terhadap kegiatan open house yang diselenggarakan sejumlah kepala daerah, Kiai Navis juga menangkap hal itu sebagai sebuah tradisi yang baik. “Saya mengapresiasi itikad baik dari kegiatan open house tersebut sebagai manivestasi keinginan pejabat untuk meminta maaf kepada rakyat,” katanya.

Sebagai sebuah kegiatan positif, Kiai Navis mengharapkan agar hal itu tidak disertai dengan hal-hal yang bertentangan dengan agama. “Asal niat karena Allah dan tidak ada unsur maksiat,” pesannya.

Dan yang juga tidak kalah penting diperhatikan adalah soal pelaksanaan kegiatan. “Dibuat yang sederhana saja,” katanya mengingatkan. “Seharusnya kegiatan tersebut atas biaya sendiri kecuali memang telah diagendakan dan dianggarkan jauh sebelumnya,” pungkasnya. 

Sabtu, 10 Agustus 2013

Wali Kota New York Hadiri Sholat Id

Wali Kota New York, Michael Bloomberg, pada Kamis untuk pertama kalinya hadir dalam pelaksanaan sholat Idul Fitri di Jamaica Muslim Center, yang dipimpin oleh imam asal Indonesia, Syamsi Ali.

Sholat yang dilaksanakan di sepanjang ruas jalanan tersebut diikuti oleh sekitar 17.000 warga --sebagian besar berasal dari Timur Tengah, dalam dua gelombang.

Sementara itu, masjid yang dikelola oleh masyarakat Indonesia di New York, Masjid Al-Hikmah, pada hari yang sama dipadati oleh hampir 3.500 orang yang melaksanakan sholat Id, juga dalam dua gelombang.

"Ya betul, kehadiran beliau (Bloomberg) memang baru pertama kalinya dalam sejarah pelaksanaan sholat Idul Fitri di Kota New York ini. Alhamdulillah dia ikut mendengarkan khutbah," kata Syamsi Ali, yang menjabat sebagai Direktur JMC, ketika menjawab pertanyaan Antara. 

Tidak hanya mendengarkan khutbah, ungkap Syamsi, Wali Kota New York yang akan mengakhiri masa jabatannya pada bulan September itu, juga berdiri tepat di belakang Syamsi mengikuti prosesi sholat Id.

Syamsi merupakan salah satu pemuka agama Islam di Amerika Serikat, khususnya New York, yang kerap memajukan dialog antaragama.

Bloomberg dan sejumlah pejabat Kota New York-- hadir di JMC untuk memenuhi undangan Syamsi.

Saat menyampaikan pesan dalam kesempatan itu, Bloomberg memuji masyarakat Muslim yang dinilainya selalu taat mengikuti peraturan hukum serta memberikan kontribusi yang tidak kecil terhadap masyarakat New York secara keseluruhan.

Bloomberg juga menyampaikan terima kasih untuk kerja sama baik yang telah diberikan masyarakat Muslim, termasuk selama era kepemimpinannya.

Sementara itu, Syamsi Ali yang pada Kamis pagi bertindak sebagai imam sholat Id, dalam khutbahnya antara lain mengajak masyarakat Muslim agar berperan aktif dalam bidang politik, menaati hukum serta berintegrasi dengan masyarakat luas lainnya dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan.

Pesan yang sama juga ia sampaikan ketika memberikan ceramah usai memimpin sholat Id di Masjid Al Hikmah, tak lama setelah pelaksanaan sholat Id di JMC berakhir.

Penentuan jatuhnya Hari Idul Fitri 1434 Hijriyah secara serentak pada hari yang sama membuat kompleks masjid Indonesia yang berlokasi di Astoria, Queens, itu dipadati lebih banyak orang dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut Syamsi, yang merupakan Ketua Dewan Masjid Al Hikmah, gelombang pertama sholat pada hari Kamis itu diikuti oleh sekira 3.000 anggota jamaah, sementara gelombang kedua sekira 400 orang.

Pelaksanaan sholat Id di masjid Indonesia dihadiri oleh pemuka kota New York lainnya, John Liu, yang saat ini menjabat sebagai New York City Comptroller dan juga merupakan kandidat dalam pemilihan walikota New York tahun 2013.

Selain itu, sholat Id juga diikuti oleh Duta Besar Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Desra Percaya, dan Konsulat Jenderal RI di New York, Ghafur Akbar Dharmaputra.

Seperti tradisi di tahun-tahun sebelumnya, Konjen RI pada Kamis siang hingga sore mengadakan acara halal bi halal, yang juga dipadati oleh masyarakat Indonesia maupun asing.

Dalam acara yang dihadiri oleh setidaknya 900 orang itu, Konjen Gafur yang menjadi tuan rumah menyajikan berbagai masakan khas lebaran maupun makanan khas Indonesia lainnya, seperti Lontong Sayur, Opor Ayam, Rendang, Telur Pindang, Asinan Betawi, Lapis Legis, Risoles, Getuk dan Rengginang.

Menurut rencana, Duta Besar Desra Percaya juga akan melakukan `Silaturahim Idul Fitri" di kediamannya di kawasan New Rochelle, New York, pada Sabtu ini. 

Masjid Peninggalan Prajurit Diponegoro


Rangkaian huruf Arab bertuliskan Masjid Al Mujahiddin terpampang jelas di atas bagian depan masjid, tertulis di antara kata Allah dan Muhammad. Warna putih agak kusam mendominasi tembok bangunan yang konon dibangun salah satu prajurit Pangeran Diponegoro ini.
Masjid Mujahidin yang terletak di Dukuh Bulu, Desa Karanganyar, Sambungmacan, Sragen ini, didirikan oleh KH Imam Syafi’i, setelah Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830 M).
Ketua Takmir Masjid, Agus Anwar Rosidi, menceritakan ketika Imam Syafi’i beserta pengikutnya dikejar tentara kolonial Belanda dan melarikan diri sampai ke Dukuh Bulu. Mereka mendirikan gubuk sebagai tempat persembunyian sekaligus untuk berdakwah. Tempat itulah yang diduga cikal bakal masjid.
Bangunan yang semula hanya berupa gubuk kini menajdi bangunan masjid seluas 100 meter persegi. “Bangunan utama masjid masih asli. Serambi dipugar atas inisiatif Imam Masjid Besar Kauman Sragen, KH Ali Atmojo,” terang Agus, beberapa waktu lalu (25/7).
“Mimbar masih asli. Jam digital dan kipas angin adalah sarana tambahan supaya jamaah nyaman,” imbuhnya
Dia memaparkan dua dari empat tiang penyangga masjid masih asli. Bagian atap serupa plafon di tengah-tengah masjid terbuat dari besi juga asli. Namun, beberapa bagian berlubang seolah terbakar.
“Dulu ada lebah madu bersarang di usuk. Madu menetes dan membuat plafon keropos. Kayu di atap sudah keropos tetapi belum ada yang berani memperbaiki,” kata Agus.
Masjid Mujahidin dulu juga pernah terendam banjir setinggi pinggang orang dewasa pada tahun 2007. Saat itu, beduk yang ada di serambi masjid hanyut. Namun, beduk itu kemudian dapat ditemukan tersangkut di rumpun bambu.
Kini masjid ini masih terawat dengan baik, meskipun dengan dana seadanya warga tetap menjaga bangunan bersejarah tersebut. “Sejauh ini kami hanya bersih-bersih dan mengecat saja. Selain keterbatasan dana, kami juga ingin mempertahankan keaslian bangunan,” ungkapnya.

Lebaran dan Ketupat

Ada beberapa tradisi penting yang tidak tampak dalam kebudayaan masyarakat Arab, yakni tradisi lebaran dan ketupat. Jika ada yang mengatakan ini bid’ah atau hal baru, memang benar namun bid’ah hasanah, hal baru yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Pertama, istilah lebaran berasal dari bahasa Jawa "lebar" yang artinya bebas, selesai, atau rampung. Istilah ini merupakan pengalihbahasaan yang baik dan substansial dari istilah bahasa arab "idul fitri". Para ulama terdahulu sangat jitu dalam mengajarkan ajaran-ajaran inti Islam. Lebih dari sekedar alih bahasa, bahkan para ulama penyebar Islam memakai istilah lebaran untuk menerjemahkan "idul fitri" ke dalam tradisi setempat yang baik bahkan sesuai dengan ajaran inti Islam.
Setelah umat Islam menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh lalu ditambah zakat fitrah maka akan mendapatkan "idul fitri" atau biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang lebih umum "kembali kepada kesucian".
Dijelaskan, bagi umat Islam yang telah menjalankan puasa dengan baik dan benar akan diampuni dosanya yang telah lalu bahkan dosa yang akan datang jika ia konsisten memelihara ibadah yang telah dijalaninya di bulan Ramadhan. Lalu zakat fitrah berupa 3,5 liter atau 2,5 kg beras atau berupa uang yang diperuntukkan bagi mereka yang mendapati malam lebaran dan mempunyai bersediaan makanan untuk esok hari adalah prasyarat agar umat Islam yang telah lebur dosanya itu agar kembali kepada kesucian, fitrah atai fitri, sebagaimana bayi yang baru lahir.
Nah, dosa-dosa yang diampuni barusan hanyalah dosa hamba dengan Tuhannya, tidak dengan sesama manusia. Dalam Islam, jika dosa yang telah dilakukan oleh manusia itu berkaitan dengan manusia lain, ada kewajiban untuk meminta maaf dan ampunan kepada sesama manusia dan merampungan persoalan keperdataan jika ada.
Di sinilah posisi lebaran. Para ulama penyebar Islam menambahkan, agar benar-benar idul fitri, lebaran, terbebas dari dosa-dosa, umat Islam harus mengujungi saudaranya untuk saling bermaaf-maafan dan menyelesaikan semua sengketa. Inilah yang menyebabkan tradisi lebaran begitu hidupnya di Indonesia. Selain memang, tradisi saling kunjung, saling merasa bersalah, basa basi, tukar menukar makanan, dan seterusnya telah akrab dijalani oleh bangsa Indonesia. Di Timur Tengah dan di beberapa negara yang dihuni umat Islam hari raya Idul Fitri tidak dipertingati dengan hal serupa, dengan kata lain tidak ada tradisi lebaran di sana.
Kedua, tradisi ketupat. Ketupat adalah sejenis lontong, yakni beras dalam balutan anyaman daun kelapa, lontar atau blarak yang direbus menjadi nasi liwet yang kempal. Orang Jawa dulu biasa membuat ketupat untuk keperluan mapag sri atau pesta panen padi. Ketupat sebagai bagian dari persembahan untuk dewi Sri yang empunya padi. Di beberapa tempat di dataran tinggi Jawa, ketupat ada dalam upacara kematian anak tersayang. Ketupat diberi bumbu secukupnya dan dibagikan kepada tetangga terdekat. Nah, para ulama pendahulu melestarikan tradisi ketupat ini dengan memasukkan ajaran inti Islam.
Pesta ketupat diadakan seminggu setelah lebaran. Dijelaskan, umat Islam yang menjalankan puasa sunat selama enam hari terhitung satu hari setelah lebaran maka ia akan mendapatkan pahala puasa selama satu tahun lamanya. Orang yang melaksanakan puasa enam hari ini tergolong mulia dan istimewa. Di saat umat Islam yang lain bersenang-senang dan melampiaskan dendamnya dengan memakan apa saja karena di siang hari bulan Ramadhan semua makanan dilarang, ia malah berpuasa. Nah sebagai penghargaan terhadap hamba mulia ini, pada hari kedelapan lebaran para ulama pendahulu menganjurkan umat Islam yang lain membuat ketupat dan membagi-bagikannya kepada tetangga terdekat dan menjadilah ketupat sebagai bagian dari tradisi lebaran.
Kenapa ketupat dan bukan lontong yang nikmatnya tidak jauh berbeda? Ketupat mempunyai keistimewaan yakni lebih tahan lama sehingga bisa dibagi-bagikan kepada tetangga dan sanak kerabat jauh sekalipun. Ketupat biasa mempunyai pasangan bernama lepet, yakni makanan dari ketan yang dibumbuhi kemudian dibalut dengan lontar dalam bentuk prisma segi tiga lonjong. Lepet berasal dari bahasa Jawa "lepat" yang artinya kesalahan. Membagi ketupat dan lepet adalah simbul salaing memaafkan segala kesalahan.
Demikianlah. Ada banyak usaha yang ditempuh oleh para ulama terdahulu untuk memasukkan ajaran-ajaran inti Islam -yang sesungguhnya tidak banyak berbeda dengan agama-agama lain- ke dalam tradisi yang telah berlaku, sembari secara perlahan memasukkan nilai-nilai Islam ke dalamnya. Bisa dilihat dalam tradisi selamatan, tingkeban, babaran, pasaran, pitonan, dan seterusnya.
Kita bersyukur, berbagai tradisi itu masih lestari dan menjadi bagian dari masyarakat sampai sekarang.