Rabu, 31 Juli 2013

Piagam Madinah, Inspirasi Bangun Bangsa

Di tengah kemajemukan, konsep Piagam Madinah pada zaman Nabi Muhammad Saw bisa menjadi inspirasi membangun bangsa Indonesia. Nilai-nilai Piagam Madinah sangat relevan untuk memecahkan berbagai persoalan yang terjadi pada bangsa penuh keberagaman ini.

Pernyataan tersebut disampaikan Dosen Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara Dr. Mashudi, M.Ag dalam seminar membumikan Islam Rahmatal lil Alamin; membendung Radikalisme dan Kekerasan atas nama agama yang diadakan PC PMII Kudus di RM Bambu Wulung Kudus, Senin sore (29/7).

Dalam pemaparannya, Mashudi mengatakan, isi Piagam Madinah sangat indah yang berhasil menghimpun berbagai suku, agama, melindungi minoritas, musyawarah \dan seterusnya. Konsep ini  sangat mungkin diterapkan pada bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai agama ini sehingga terdapat kesatuan-kesatuan yang kokoh.

“Dengan demikian, akan muncul konsep umat Islam, umat Kristiani, umat Budha,Umat Hindu dan umat Kong Hu Cu yang terangkai dalam kesatuan bangsa. Hal ini akan menjadi gambaran yang sangat indah di bumi nusantara ini,”paparnya.

Menurut Mashudi, istilah Piagam Madinah sangat mungkin terjadi di Indonesia. Namun,konsep demikian tidak bernama Islamic state, tetapi Pancasila state sebagaimana yang telah dirumuskan oleh para tokoh pendahulu bangsa ini.

“Tentang isu negara Islam bagi bangsa Indonesia sudah jelas bahwa Pancasil, UUD 1945 dan NKRI adalah harga mati. Meskipun begitu, masih muncul persoalan yang terjadi sehingga konsep  piagam madinah bisa menjadi inspirasi membangun Indonesia,”tandasnya lagi.

Ia yang juga dosen IAIN Walisongo Semarang ini menilai munculnya berbagai teror dan sikap radikal yang melanda sebagian umat Islam sedikit banyak akan berimbas pada Islam dan umatnya. Akibatnya, konsep umat yang semestinya menyatukan , menghimpun sesuatu yang terserak-serak, menggerakkan dan mengarahkan pada satu tujuan tertentu yang mulia akan sulit terwujud

“Sebaliknya yang tampak justru hanya bersifat slogan, konsep, teoritik belaka tanpa bukti. Konsep umat yang mestinya menggambarkan adanya kesatuan kokoh, kebersamaan saling mengenal, menghargai dan mencintai serta tolong menolong, pada kenyataannya tidak mudah dicari di mana letaknya,”papar Mashudi.

Pada hakekatnya, kata dia, masyarakat Indonesia menyadari kemajemukan dan keragman, baik suku, agama, budaya maupun ras. Namun seringkali kemajemukan tersebut menjadi kekuatan karena bisa menjadi nilai lebih untuk memperkaya bangunan fondasi nasionalisme bangsa.

“Namun disisi lain dapat berpotensi ancaman yang serius bagi integrasi nasional jika terjadi disharmoni.Karenanya setiap upaya untuk mewujudkan harmoni dan integrasi nasional seharusnya tidak boleh berhenti,” katanya.

Ia mengatakan, peran tokoh agama menjadi penting dan strategis dalam eminimalisir  munculnya konflik, memelihara ketertiban dan keamanan. Kadangkala pemerintah tidak bisa dilakukan tetapi tokoh masyarakat (agama) melakukannya dengan baik.

“Pada umumnya, tokoh masyaraat memilki peran sebagai pelestari norma-norma lama (tradisional) yang sangat ampuh untuk dijadikan sebagai mekanisme kontrol dalam menghadapi perubahan,”ungkap Mashudi.

Selasa, 30 Juli 2013

Taliasih dari Muslimat NU untuk Pengurus Ranting

Ujung tombak kepengurusan ada di tingkat ranting. Merekalah yang berhubungan langsung dengan warga saat melakukan sosialisasi program dan kegiatan lain. Memberikan perhatian kepada para penggerak jam’iyah ini adalah pilihan tepat.

Kantor Pimpinan Cabang (PC) Muslimat NU Jombang di Jalan Juanda pagi itu dipenuhi perempuan berbaju putih. Mereka adalah utusan dari 307 pengurus ranting untuk menghadiri safari Ramadhan. Semestinya yang akan hadir memberikan taushiyah adalah Dra Hj Khofifah Indar Parawansa yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU. 

“Karena Ibu Khofifah sedang mengikuti sidang di DKPP, maka tidak bisa hadir,” tandas Ny Hj Aisyah Muhammad, Ketua PC Muslimat NU Jombang, Sabtu (27/7) kemarin. Namun demikian kegiatan tetap terselenggara dengan tertib sesuai rencana. 

Bu Is, sapaan Ny Aisyah Muhammad menandaskan bahwa kegiatan ini sebagai bentuk apresiasi kepada sejumlah aktifis Pengurus Ranting Muslimat NU yang ada di Jombang. “Merekalah yang berhadapan langsung dengan umat,” tandasnya.

Karena itu pada kesempatan Ramadhan kali ini PC Muslimat NU Jombang memberikan sedikit taliasih kepada tiga ratusan lebih pengurus ranting yang telah mengabdikan diri. “Mereka tidak kenal lelah menghidupkan organiasasi, menyapa warga dengan berbagai kegiatan,” tandasnya. 

“Tanpa mereka, rasanya kami yang ada di kepengurusan cabang tidak akan ada apa-apanya,” sergah Bu Is. 

Kegiatan pemberian taliasih ini sebenarnya sudah menjadi agenda tahunan. “Kita berharap dengan sapaan ini mereka semakin giat dalam mengabdikan diri untuk jam’iyah dan jamaah Muslimat,” terangnya.

Cucu KH Abdul Wahab Chasbullah ini juga menandaskan bahwa tantangan yang dihadapi Muslimat NU pada masa mendatang tentu tidak ringan. “Kita berpacu dengan waktu agar bisa mendampingi umat yang juga mengalami perkembangan yang demikian pesat,” terangnya.

Karena itu tidak ada pilihan lain untuk terus merekatkan koordinasi dan komunikasi dengan pengurus di tingkat paling bawah tersebut. “Agar kita tahu apa yang diinginkan warga di akar rumput terhadap keberadaan Muslimat di tempat masing-masing,” katanya.

Bagi salah seorang pengurus di Pesantren Tebuireng ini, pemberian taliasih adalah sebagian kecil dari perhatian serta ungkapan terimakasih pengurus di tingkat PC Muslimat NU untuk para pegiat organisasi di tingkat desa tersebut.

“Semoga mereka tidak kehilangan semangat dan mampu terus berkiprah dalam membimbing serta melayani umat,” harapnya.

Pemerintah Diminta Intensifkan Dialog antar-Umat Beragama

Menyikapi munculnya berbagai persoalan kebebasan beragama, pemerintah diminta mengintensifkan upaya terciptanya suasana dialog yang kondusif antar umat beragama. Pemerintah harus mampu menunjukkan perannya menjaga kenyamanan masyarakat yang memiliki latar belakang ragam agama.

Demikian yang disampaikan pengurus  Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber  Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Jawa Tengah Tedi Kholiludin pada seminar dan buka puasa bersama bertema Membumikan Islam Rahmatal lil Alamin; membendung Radikalisme dan Kekerasan atas nama agama di RM Bambu Wulung Kudus, Senin sore (29/7).

Tedi mengatakan dalam menyikapi konflik agama, proses dialog yang difasilitasi pemerintah tidak jarang diwarnai pengerahan massa sehingga tercipta ketidakseimbangan karena ada pihak yang merasa tertekan. Dalam proses dialog ini posisi negara harus terus berada pada rel-nya bersikap netral agama.

Aktivis Lembaga Studi Sosial – Agama (elSA) Semarang ini menambahkan tokoh-tokoh agama sebagai simpul-simpul masyarakat harus dilibatkan dalam proses-proses diseminasi ide-ide keagamaan yang toleran. Artinya kemampuan berdialog diantara pemuka agama harus diawali dengan memberikan pemahaman yang proporsional dengan melibatkan intitusi ini.

“Sangat penting untuk membekali mereka mengenal anatomi kelompo-kelompok dalam satu agama. Sebab, kerapkali terjadi proses generalissi terhadap satu kelompok agama yang diakibatkan oleh tidak adanya pemahaman terhadap beragamnya kelompok-kelompok dalam satu agama,”papar Tedi.

Tedi menyatakan pemahaman terhadap anatomi keagamaan yang ada dalam satu agama perlu dikenalkan juga kepada aparat penegak hukum. Dalam penilaiannya, selama ini aparat penegak hukum memiliki kelemahan dalam masalah pemahaman anatomi keagamaan sehingga terkadang melakukan generalisasi terhadap satu kelompok agama. Padahal banyak satu aliran agama dalam satu agama.

“Di sinilah, pentingnya membekali aparat penegak hukum dengan wawasan mengenal anatomi denominasi keagamaan,” kata mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Agama, UKSW Salatiga ini.

Di samping itu, kata dia, Forum Kerukunan Umat Beragama memiliki peran penting terutama dalam memberikan masukan kepada pemerintah terkait isu-isu agama. Di Jawa Tengah, FKUB selalu dilibatkan pemerintah untuk memberikan data mutakhir kasus agama. Mereka dianggap wakil yang absah dari seluruh komponen masyarakat agama.

Di depan ratusan peserta yang sebagian besar aktivis PMII ini, Tedi memaparkan latar belakang munculnya konflik bernuansa agama disebabkan faktor internal dan eksternal.  Faktor internal disebabkan pertama adanya penyiaran agama dengan syi’ar kebencian, provokasi, hasutan atau stigmatisasi. 

“Penyebab kedua adalah dugaan penodaan agama seperti adanya fatwa sesat dari lembaga atau tokoh agama. Kemudian faktor pemahaman atau penafsiran agama dengan interpretasi yang parsial (memahami teks-teks keagamaan secara tidak menyeluruh),” terang Tedi.

Sementara faktor eksternal terjadinya konflik agama, papar Tedi, adalah adanya kebijakan pemerintah. Kebijakan yang menimbulkan konflik melalui tiga saluran yakni undang-undang yang diskriminatif (by judicial), pembiaran pelanggaran atas nama agama (by omission) dan tindakan kekerasan langsung anarkisme penegak hukum (by commision).

Di samping Tedi Kholiludin, seminar juga menghadirkan pembicara lainnya Dosen Unisnu Jepara dan IAIN Semarang Mashudi. Kegiatan seminar  yang berlangsung setengah hari ini ditutup dengan buka puasa bersama.

Kamis, 25 Juli 2013

MANU DEMAK Awali Belajar, Tadarus Al-Qur’an 30 Menit

Selama Ramadhan, Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU)  Demak, Jawa Tengah, sebelum proses belajar-mengajar dimulai, seluruh dewan guru dan para murid diwajibkan mengikuti tadarrus Al-Qur’an secara tekstual bersama-sama. 

Salah satu Dewan Guru Pembimbing yang juga Pengurus Ansor Demak, Fauzan Nugroho mengatakan, dari pihak sekolah memberikan pengertian kepada murid bahwa di antara ibadah yang diutamakan pada Bulan Ramadhan adalah memperbanyak membaca Al-Qur’an. 

Hal ini, kata dia, sebagai penghormatan dan tabarrukan atas pertama kali diturunkannya Al-Qur’an oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah pada malam 17 Ramadhan, yang terkenal dengan sebutan Nuzulul Qur’an. Makanya awal kegiatan di sekolah dimulai dengan belajar membaca Al-Qur’an selama 30 menit dengan target 25 kali khataman selama Ramadhan. 

“Ramadhan ini masuk tetap pukul 7 pagi. Sebelum pelajaran dimulai, anak anak dan guru diwajibkan belajar baca Al-Qur’an 30 menit tiap hari masuk secara bersama sama,” kata Fauzan.

Fauzan menambahkan, setelah baca Al-Qur’an, murid murid MANU juga diwajibkan mengikuti pengajian kitab kuning yang diampu guru pembimbing dari sekolah tersebut. Kitab yang dibaca antara lain Tsalasa Rosail, Arba’u Rosail, dan At-Tarbiyah. Pengampunya Ustadz Sholikin, Abdul Halim, dan Asrohim.

Masih menurut Fauzan, sebelum libur, akan diadakan pemberian bantuan ke mushola-mushola di wilayah siswa MANU. Bantuan itu adalah karpet, kipas angin, dan takjil zakat fitrah kepada warga sekitar yang dikumpulkan dari dewan guru, murid, dan pihak sekolah.

Kenalkan Organisasi NU Melalui Istighotsah

Kegiatan istighotsah atau dzikir bersama menjadi salah satu media untuk mengenalkan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) di Kecamatan Sale, Rembang.

Ketua MWCNU Sale  H Mashudi  menjelaskan, istighotsah berfungsi sebagai sarana konsolidasi organisasi dan syiar NU di  Kecamatan setempat.

“Kegiatan seperti itu cukup menarik minat masyarakat yang belum pernah mengikuti organisasi,” katanya kepada NU Online, Rabu (24/7) terkait pelaksanaan istighotsah kubro MWCNUKecamatan Sale, di Masjid Desa Mrayun Senin (22/7) kemarin ini.

Istighotsah kubro ini dihadiri oleh perwakilan Pengurus Ranting dan MWC NU setempat. Kegiatan seperti ini dilaksanakan secara bergilir di ranting se-Kecamatan Sale.

Mashudi berharap  para Pengurus Ranting dan MWC  bisa konsisten terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan dan diprogramkan oleh pengurus MWCNU.  

Ia mengingatkan, kegiatan NU harus dikemas dengan gaya dan bungkus yang berbeda, agar diminati oleh kaula muda dan pelajar.

“Siapa lagi yang mau melestarikan kegiatan dan amalan Ahlussunnah wal Jama’ah kalau tidah dimulai dari diri kita sendiri,” tambahnya.

Lesbumi: Dakwah Harus Menyenangkan


Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi), Al-Zastrouw Ng mengemukakan konsep dakwah kultural, yakni dengan menggunakan media budaya dan seni tradisi.

“Dakwah Sekarang itu harus bisa menyenangkan masyarakat agar pesan dakwahnya sampai,” ujarnya pada malam Ramadhan di lapangan Samben, Desa Gunting, Wonosari, Klaten, pada Selasa (23/7).

Konsep yang disebut Zastrouw itu diwujudkan dengan memadukan suara alunan gamelan, bonang, dan balungan dengan gitar, drum, serta keyboard mengiringi lagu-lagu yang dilantunkan vokalis band Padi, Fadly.

Diantaranya lagu Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya yang dipopulerkan oleh Bimbo. Lagu-lagu yang disajikan kemudian dikupas isi dan maknanya oleh Zastrouw dalam taushiahnya.

Sebelum acara konser malam itu, juga diadakan beberapa rangkaian kegiatan. Diantaranya acara ta’aruf dan dialog yang dilanjutkan shalat Tarawih di Pesantren Al Barokah. Selanjutnya, acara tadarus Al-Quran dan tadarus puisi bergantian sebelum pentas seni pesantren.


Nabi itu Ramah, Bahkan kepada Orang Kafir

Nabi Muhammad mengajarkan sikap ramah kepada setiap orang, termasuk kaum kafir sekalipun. Padahal  Al-Qur’an membolehkan menghabisi orang kafir bila mereka terlebih dahulu mengancam umat Islam, tetapi Nabi tidak melakukannya. 

“Bahkan, beliau mengajak orang kafir yang sudah kalah perang diajak masuk masjid. Dengan ramahnya Nabi memberi maaf kepada mereka,” terang Mustasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi saat menerangkan ayat 21-25 Surat Al-Hadid Juz 27 dalam pengajian Tafsir Al Qur’an di Masjid al Aqsha Menara Kudus, Jawa Tengah, Kamis (25/7) pagi.

KH Sya’roni menerangkan sikap Nabi Muhammad yang tidak menggunakan kekerasan, tetapi memberi maaf kepada kaum kafir ini dibenarkan oleh Allah. Dengan demikian, keramahan Nabi Muhammad ini mendapat rahmat dari Allah.

“Hanya diperbolehkan berbuat kekerasan bila orang kafir mendahului, tetapi jangan ditafsiri wajib dikerasi. Sebab, ada kelompok garis keras yang memahami ayat ini supaya wajib dengan kekerasan kepada mereka, ini keliru,” terangnya lagi.

Pada penjelasan ayat lainnya, kiai yang akrab disapa Mbah sya’roni ini mengajak umat Islam selalu bersyukur atas nikmat (rizki) yang diterima. Manusia dilarang kikir mengeluarkan harta bendanya untuk kebaikan atau berinfak. Di samping itu, tidak perlu bersenang-senang kebablasan atas nikmat yang diterimanya supaya tidak susah di kemudian hari.

“Oleh karenanya, nikmat (rizki) yang kita terima wajib syukur kepada Allah. Begitu juga pada saat menerima musibah. Kita harus bersabar supaya mendapat pahala,” jelasnya.

Saat menjelaskan masalah rizki ini, Mbah Sya’roni menyinggung permasalahan kefakiran manusia. Dengan mengutip sebuah hadits kadal fakru an yakuuna kufron, ulama kharismatik itu menjelaskan kefakiran seseorang bisa mengakibatkan kekufuran.

“Siapapun saja termasuk kiai atau orang alim yang beribadah tekun, tetapi tidak memiliki harta misalnya, sangat bisa menjadi lupa kepada Allah. Sebab perkara yang membingungkan bisa menghabiskan akal, apalagi sudah berdoa siang malam tidak dikabulkan akan bisa menjadi kufurzindik (tidak percaya Allah),” terangnya seraya menyitir sebuah nadhaman ba’dhul fudhola’.

Pengajian Tafsir Al Qur’an bersama KH Sya’roni ini sudah memasuki hari keempat belas sejak 3 Ramadhan lalu. Hingga Kamis padi tadi, ribuan jamaah masih memenuhi ruangan dan halaman parkir Komplek Masjid dan Makam Menara Kudus.

Ribuan Warga Cirebon Peringati Malam “Nuzulul Qur’an”


Ribuan warga Cirebon dan sekitarnya mengikuti tabligh akbar dalam rangka memperingati malam Nuzulul Qur’an di Masjid Raya At-Taqwa Kotamadya Cirebon, Kamis (25/7) malam.

Acara yang semula direncanakan akan menghadirkan taushiyah dari KH Habib Luthfi Bin Yahya, Pimpinan Jam’iyyah Tarekat NU ini terselenggara berkat kerjasama Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) At-Taqwa Kota Cirebon dan PT. Berkah Pikiran Rakyat.

Ahmad Yani, ketua umum At-Taqwa Center dalam sambutannya mengungkapkan bahwa selain untuk mendapatkan berkah dan keutamaan dari Allah Swt, acara ini juga merupakan respon DKM At-Taqwa atas antusiasme masyarakat dalam acara serupa yang digelar tahun lalu saat  menghadirkan KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU sebagai penceramah.

“Untuk itu kami bersama masyarakat ingin sekali  untuk kembali memanfaatkan malam yang baik ini guna mengaji dan mendapatkan pencerahan dari para ulama,” Ungkap Ahmad Yani.

Selain itu, Nazrudin Azis, wakil walikota Cirebon yang berkesempatan hadir mengatakan dalam sambutannya bahwa kedekatan warga masyarakat Cirebon dengan para ulama harus tetap dipertahankan berdasarkan sebutannya yang terkenal sebagai kota wali.

“Peringatan seperti ini menjadi penting guna mendapatkan berkah bulan Ramadan, serta melestarikan kedekatan Cirebon sebagai kota wali dengan para alim ulama,” Tambah Azis.

Peringatan malam Nuzulul Qur’an ini pertama-tama dimulai dengan sambutan-sambutan, pembacaan shalawat, Maulid, serta mahallul qiyam, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian ceramah agama.

Pada mulanya acara yang juga memperingati hari ulang tahun yang ke 16 Harian Kabar Cirebon dari Grup Pikiran Rakyat ini akan diisi dengan penyampaian ceramah oleh KH Habib Luthfi Bin Yahya, namun panitia menerima konfirmasi bahwa Habib Luthfi berhalangan hadir dikarenakan terjebak macet di jalur alternatif Tol Pejagan, Tegal saat menuju ke arah Cirebon, namun hal tersebut tampaknya tidak menyurutkan antusias jamaah saat penyampaian taushiyah digantikan oleh KH Luthfi Fuad Hasyim, salah satu pengasuh Pesantren Buntet, Cirebon.

Rabu, 24 Juli 2013

Muslimat NU Canangkan Gerakan “Perempuan Indonesia Menulis”


Pimpinan Pusat Muslimat NU mencanangkan gerakan “Perempuan Indonesia menulis”. Gerakan dengan tajuk “Dakwal bil-kitabah” tersebut digelar Himpunan Daiyah dan Majelis Ta’lim Muslimat NU (Hidmat NU), digelar di gedung PBNU, Jakarta, Rabu (22/5).

Sekretaris Hidmat NU Sururin mengatakan, Muslimat 2012-2017 memiliki program pengembangan dawah. Dakwah tidak hanya dengan lisan dan tindakan, tapi juga dengan tulisan, “Sebab dakwah bil-kitabah tidak sesaat, tapi bisa diambil manfaatnya sama generasi selanjutnya,” katanya kepada NU Online, di sela-sela rehat pelatihan.

Dakwah bil-kitabah, kata Sururin, bisa disebarkan dengan luas, sementara bil-lisan hanya di depan jamaah saja. Tapi ini bukan berarti meningglkan dakwah bil-lisan, “bil lisan tetep. Tiap bulan ganjil minggu kedua diadakan khataman Al-Quran. Minggu ketiga bulan genap, diadakan kajian keislaman di Pondok Cabe,” tambahnya.

Dosen PAI Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini, menggaristebali pentingnya dakwah bil-kitabah. Menurut dia, menulis adalah ungkapan gagasan seseorang. Kita mencoba menulis untuk tulisan yang punya manfaat dan punya makna dengan baik melalui tulisan.

Sementara ini, sambung Sururin, belum ada fokus menulis apa karena tiap orang punya keahlian berbeda-beda, “Yang penting ibu-ibu ini menulis dulu karena menulis itu tak mudah.”

Gerakan “Perempuan Indonesia Menulis” tersebut dimulai dengan pelatihan menulis yang diikuti 20 pengurus Muslimat NU.


Muslimat NU-LDNU Buka Pelatihan Aswaja dan Empat Pilar

Pimpinan Pusat Himpunan Da‘iyah Muslimat NU (PP Hidmat NU) dan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PP LDNU) membuka pelatihan keaswajaan dan empat pilar di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya nomor 164, Jakarta Pusat, Juma‘at (19/7) siang.

Pembukaan pelatihan dihadiri oleh sedikitnya seratus peserta. Pelatihan berlangsung 19-21 Juli 2013 di Kantor PBNU lantai delapan.

Pelatihan dibuka oleh Ketua PP Hidmat NU Hj Mahfudzoh Ali Ubaid, Ketua PP LDNU Zaki Mubarok. Pelatihan disaksikan langsung oleh Walikota Jakarta Pusat Saepullah yang menyambut baik pelatihan tersebut.

Sementara pemateri awal keaswajaan ialah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Ia menjelaskan kedudukan dan sanad ahlusunnah wal jama‘ah NU sebagai rantai keilmuan sampai kepada Rasulullah.

“Jadi sebagai orang NU peserta harus yakin dengan akidah aswaja yang dipertanggungjawabkan kebenarannya,” kata KH Said Aqil setelah menyebutkan kebesaran para ulama berikut sejumlah karya mereka.

Peserta terdiri dari kader Muslimat NU dan nahdliyin. Salah seorang Pengurus Cabang Muslimat NU Jakarta Selatan Rosanih menjelaskan bahwa setengah peserta dihadiri oleh lima PC Muslimat NU di Jakarta.

“Saya ke sini mau menuntut ilmu, terlebih lagi di bulan puasa,” kata Rosanih asal Ciganjur Jakarta Selatan kepada NU Online.

Pelajar NU Cirebon Gelar Pesantren Jurnalistik

Ramadhan dipahami sebagai bulan baik untuk berbagi kebaikan, pengetahuan, maupun berbagi kebahagiaan. Semangat berbagi ini bisa dikatakan sebagai perlambang kepedulian yang harus terpupuk semenjak dini di hati setiap muslim. 

Hal tersebut dijadikan sebagai dasar dari pelaksanaan kegiatan pesantren jurnalistik dan bakti sosial yang digelar Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Cirebon.

“Pelatihan jurnalistik ini adalah bentuk semangat kami dalam berbagi pengetahuan, dan bakti sosial adalah  dalam rangka untuk berbagi kebaikan,” ungkap Imam Baehaqi, ketua panitia, dalam sambutannya di Kantor NU Center Sumber, Cirebon, Ahad (21/7).

Kegiatan berbagi ini diawali dengan pelatihan jurnalistik yang bekerja sama dengan MadingSekolah.Net, portal pelajar Indonesia. Dalam pelatihan yang berisi penyampaian materi tentang teknik penulisan berita, sastra, dan pengelolaan media sekolah tersebut melibatkan peserta sebanyak 20 orang yang berasal dari  10 komisariat IPNU-IPPNU Kabupaten Cirebon. 

Kemudian acara dilanjutkan dengan penyerahan santunan kepada 30 yatim piatu hasil kerjasama PC IPNU – IPPNU Kabupaten Cirebon dengan Laziswa (Lembaga Amil, Zakat, Infaq, Shadaqoh, dan Wakaf Masjid At-Taqwa) Cirebon. Rangkaian acara berbagi ini ditutup dengan buka puasa bersama. 

Wahyono, Ketua PC IPNU Kabupaten Cirebon menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksananya acara berbagi ini. 

Ia mengatakan, semoga kegiatan ini dapat dijadikan catatan bersama mengenai pentingnya menjaga semangat persaudaraan dan kepedulian.

“IPNU dan IPPNU kabupaten Cirebon akan tetap terus pada semangatnya, yakni menjadi penggerak di ranah pelajar untuk menumbuhkan rasa kepedulian dan kebersamaan, terlebih di bulan penuh berkah ini,” tutup Wahyono.

Kaderisasi GP Ansor Harus Berjalan di Semua Tingkatan


Organisasi yang baik dan profesional harus bisa menjalankan kaderisasi serta penataan manajemen yang baik. Kaderisasi sendiri harus berjalan di semua tingkatan dan diikuti oleh para pengurusnya.

“Syarat anggota ansor untuk bisa menjadi pengurus harus pernah mengikuti kaderisasi sesuai dengan tingkatannya masing masing,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor H Nusron Wahid dalam acara dialog dengan kader Ansor se Kabupaten Demak, Ahad (21/7) kemarin.

Disamping kaderisasi, Nusron Wahid menginstruksikan pada pengurus untuk melakukan pendataan ulang anggota dikarenakan nantinya diproyeksikan pembuatan Kartu Tanda Anggota (KTA) untuk pengurus dan anggota secara keseluruhan yang berbasis asuransi.

“Tiap anggota harus punya KTA, ini nanti dimulai dari pengurus dulu. KTA yang berbasis asuransi ini milik ansor nantinya dikelola oleh Ansor sendiri,” tegas Nusron.

Sementara itu ketua Ansor Demak H.Abdurrahman Kasdi dalam sambutannya menjelaskan dalam pertemuan dengan ketua umum sengaja mengundang pengurus sampai pada anak cabang yang dibalut dengan forum tanya jawab dan buka bersama karena diharapkan pertemuan dengan Ketum bisa banyak yang didapat oleh anggota.

“Kami sengaja mengundang panjenengan semua sampai anak cabang, karena mumpung bisa ketemu dengan ketum, semoga banyak hal yang bisa kita dapat dari beliau termasuk informasi terkini dari pusat,” harap Durrahman Kasdi

Acara dialog dan buka bersama kemarin, selain dihadiri pengurus cabang, anak cabang, dan satkoryon banser juga dihadiri rektor Universitas Wahid Hasyim H Noor Achmad serta  banyak alumni pengurus cabang.


Redaktur     : A. Khoirul Anam
Kontributor : A.Shiddiq Sugiarto 

4.950 Guru Ngaji Probolinggo Terima Honorarium

Setiap tahun, Pemerintah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, rutin menyerahkan honorarium insentif bagi guru ngaji. Penyerahan tunjangan ini biasanya dilaksanakan bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Jumlah penerima honorarium guru ngaji tahun ini mencapai 4.950 orang dengan total anggaran sebesar Rp. 1.237.500.000,00. Masing-masing desa diambil 15 orang guru ngaji. Honorarium yang diterima oleh masing-masing sebesar Rp. 250.000,-.

Senin (22/7) sore, penyerahan honorarium guru ngaji tersebut diserahkan secara simbolis oleh Bupati Probolinggo Hj. Puput Tantriana Sari yang juga sebagai Dewan Penasehat Muslimat NU Kabupaten Probolinggo di sela-sela kegiatan Safari Ramadhan di Pendopo Kecamatan Sumberasih.

Honorarium tersebut diberikan kepada guru ngaji yang berada di Kecamatan Sumberasih, Tongas, Lumbang dan Sukapura. Total penerima di empat kecamatan tersebut mencapai 735 guru ngaji.

Dalam sambutannya, Bupati Probolinggo Hj. Puput Tantriana Sari pemberian honorarium bagi guru ngaji ini merupakan wujud rasa terima kasih yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Probolinggo.

”Tidak akan ada pesantren jika tidak ada guru ngaji. Lahirnya pondok pesantren itu berasal dari keberadaan musholla dimana guru ngaji menularkan ilmunya,” ujarnya.

Lebih lanjut Tantri berharap agar kesempatan di bulan Ramadhan ini dapat menjadi ajang silaturahim yang bermanfaat. “Semoga dalam bulan penuh berkah ini, silaturahim kita dapat semakin erat,” pungkasnya.

Sementara Kepala Bagian Kesra Setda Kabupaten Probolinggo Moh. Syarifuddin mengatakan, pemberian honorarium guru ngaji ini diberikan secara rutin setiap tahun pada saat bulan Ramadhan. 

NU Jaga Keberadaan Tarekat


Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sumbar bersafari Ramadhan ke Masjid Taqwa Jorong Buluah Kasok Kenagarian Sarilamak Kab. Lima Puluh Kota Payakumbuh baru-baru ini.
Masjid yang dikunjungi itu terletak di daerah sangat terisolir di Kab. Limapuluh Kota dimana sekitar lebih kurang 15 KM jalan belum diaspal dan kampung jarang tersentuh oleh program pemerintah, namun masjid dan jemaah yang ditemui disini mayoritas jemaah tarekat.

Wakil Ketua PWNU Sumbar Ahmad Wira  menegaskan NU tetap mempertahankan keberadaan tarekat mu’tabarah yang berada dibawah binaan NU karena tarekat merupakan jalan khusus untuk mendekatkan diri kepada Allah.

“Para wali, ulama dan para buya kita dahulu adalah orang-oarang ahli thariqat,” katanya.

Wakil Rais Syuriyah KH Ihdinas Shiratal Mustaqim juga menyampaikan, NU hadir untuk mengajak umat dan penganut tarekat agar mampu memperbaiki kondisi krisis akhlak dalam kehidupan berbangsa ini.

Dalam kesempatan tersebut PWNU Sumbar juga memberikan cendramata dan bantuan uang tunai untuk pembangunan masjid.

Pergeseran Kelas Menengah NU


Wakil Sekretaris PWNU Jawa Timur Ahmad Rubaidi akan mempertahankan diseratasinya bertajuk “Pergeseran Kelas Menengah NU; Studi tentang Pergeseran Ideologi dari Moderat kepada Islamisme dan Postislamisme Pascareformasi di Jawa Timur”.

"Ini adalah ujian terbuka promosi doktor saya," katanya kepada NU Online, Kamis (14/2). Sidang dilangsungkan di ruangan auditorium IAIN Sunan Ampel, Jalan Ahmad Yani Surabaya. 

Dalam kajiannya disebutkan, banyak hal menarik dari NU usai transisi dari era Orde Baru (Orba) menuju  reformasi. Selain membawa dampak negatif juga positif secara bersamaan. 

Salah satu fenomena menarik untuk dikaji lebih mendalam adalah terjadinya pergeseran lapisan kelas menengah NU dari yang awalnya memegang teguh prinsip-prinsip ideologi ke-Islam-an yang bercorak moderat bergeser ke arah corak pemahaman Islam yang bergaris keras, atau identik dengan Islamisme," katanya.

"Fenomena ini terjadi saat gelombang reformasi dengan mengatas namakan demokrasi memberi peluang kepada kekuatan-kekuatan politik, termasuk gerakan Islamisme di Indonesia untuk berkontestasi berebut ruang-ruang publik maupun politik kekuasaan," lanjutnya.

Dari hasil penelusuran di lapangan, pergeseran kelas menengah NU terfragmentasi kepada beberapa Ormas, Parpol Islamisme, LSM, bahkan individual. Di antara pilihan institusi dimaksud adalah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam (FPI), Tarbiyah atau Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Majelis Ulama Indonesia (MUI),  LP2SI,  LPAI, dan beberapa individu.

"Data ini sepenuhnya didasarkan pada area penelitian yang terfokus di Jawa Timur sebagai lokus penelitian yang diharapkan mampu menggambarkan realitas kelas menengah NU secara umum," katanya.

Rubaidi menandaskan,  gerakan islamisme  antara lain ditandai dengan maraknya perda bernuansa syariat Islam dan besarnya intensitas diskriminasi dan intoleransi berbasis keagamaan. Fenomena tersebut ditandai dengan dua kemungkinan.

"Pertama, pergeseran kelas menengah NU dari ideologi moderat kepada berbagai ormas islamis," sergahnya Dan yang kedua, "Kontribusi kelas menengah NU, baik langsung maupun tidak langsung terhadap lahirnya dua fakta di atas,"terangnya. 

Dalam catatannya,  sejak 2001 hingga 2011,  Perda syariat Islam di Jawa Timur sebanyak 12 buah. Selain Perda, masih terdapat Surat Keputusan (SK) Bupati, Surat Edaran (SE) Bupati, dan pada 2011 ditambah Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Timur. "Semua subtansinya tentu saja tidak keluar dari formalisasi syariah Islam," katanya. 

Namun demikian, proses-proses pergeseran ini tidak selamanya berkonotasi negatif. Khusus pada corak kelompok islamisme ”tengah” atau disebut post-Islamisme cukup menjanjikan terhadap perubahan konstalasi politik Islam di masa depan. "Semua memang masih membutuhkan waktu sebagai pembuktian," pungkasnya.

Bacaan Bilal Shalat Tarawih dan Witir


Bacaan Bilal Shalat Tarawih Dan Witir
Jawaban Jamaah
Bacaan Bilal
No
رَحِمَكُمُ اللهُ
صَلُّوْا سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ
1
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْفَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ2
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُاَلْخَلِيْفَةُ اْلاُوْلَى سَيِّدُنَا اَبُوْ بَكَرْ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ3
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْفَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ4
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَلْخَلِيْفَةُ الثَّانِيَةُ سَيِّدُنَا عُمَرُ ابْنُ الْخَطَّابْ5
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْفَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ6
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَلْخَلِيْفَةُ  الثَّالِثَةُ سَيِّدُنَا عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ7
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْفَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ8
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَلْخَلِيْفَةُ الرَّابِعَةُ سَيِّدُنَا عَلِيْ بِنْ اَبِيْ طَالِبْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ9
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَاَخِرُ التَّرَاوِيْحِ اَجَرَكُمُ اللهُ10
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Bacaan Bilal Shalat Witir
رَحِمَكُمُ اللهُصَلُّوْا سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ1
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
رَحِمَكُمُ اللهُصَلُّوْا سُنَّةَ رَكْعَةَ الْوِتْرِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ2

Jumlah Rakaat dan Do'a Shalat Tarawih


Sayyidah Aisyah r.a, menerangkan bahwa Rasulullah s.a.w, melaksanakan shalat malam termasuk di dalamnya shalat tarawih dengan sebelas rakaat; delapan rakaat tarawih atau tahajud dan tiga rakaat witir.
Riwayat aisyah r.a, yang kedua menyebutkan bahwa Nabi melaksanakan shalat malam tiga belas rakaat; delapan rakaat tarawih atau tahajjud dan lima rakaat witir.Dari kedua riwayat tersebut dapat diambil suatu pemahaman, bahwa jumlah rakaat shalat malam atau shalat tarawih tidak harus sebelas rakaat, bisa juga lebih misalnya tiga belas rakaat, seperti disebutkan dalam riwayat Aisyah r.a, yang kedua. 
Dengan demikian yang dimaksud dari riwayat Aisyah r.a, yang menyebutkan bahwa Nabi s.a.w, tidak pernah shalat malam lebih dari sebelas rakaat, baik dalam bulan Ramadhan atau bulan-bulan lain, tidak berarti tidak boleh lebih ari sebelas rakaat.
Apabila dikompromikan dengan riwayat-riwayat lain seperti riwayat Ibnu Umar r.a, yang menyebutkan bahwa shalat malam itu dua rakaat – dua rakaat tanpa menyebutkan jumlahnya, hanya kalau khawatir masuk shubuh segera melaksanakan witir satu rakaat, menunjukkan bahwa jumlah rakaat shalat tarawih atau shalat malam tidak harus sebelas, tetapi boleh lebih dari jumlah tersebut. Apalghi kalau dipadukan dengan kenyataan yang dilakukan para sahabat Nabi dan para tabi’in, mereka mengerjakan shalat tarawih dengan 20 rakaat , tiga witir dan ada pula yang mengerjakan sampai 36 rakaat dan 40 rakaat.

Berkata Yazid bin Ruman: “Di zaman Umar bin Khattab, orang-orang melaksanakan shalat malam di bulan ramadhan (shalat tarawih) dengan 23 rakaat “ (H.R. Imam Muslim). Ibnu Abbas melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan 20 rakaat dan witir, dengan tidak berjamaah. (H.R. Baihaqy).

Berkata Atho’:“Aku jumpai mereka (para sahabat) mengerjakan shalat pada (malam-malam) Ramadhan 23 rakaat dan 3 witir”. (H.R. Muhammad bin Nashir).

Berkata Daud bin Qais: “Aku jumpai orang-orang di zaman Abas bin Utsman bin Abdul Aziz (di Madinah), mereka shalat 36 rakaat dan mereka bershalat witir 3 rakaat “. (H.R. Muhammad bin Nashir).

Imam Malik menjelaskan: “Perkara shalat (tarawih) di antara kami (di Madinah) dengan 39 rakaat , dan di Makkah 23 rakaat tidak ada suatu kesulitanpun (tidak ada masalah) dalam hal itu”. Al- Tirmidzi menjelakan: “sebanyak-banyak (rakaat) yang diriwayatkan, bahwa Imam Malik shalat 41 rakaat dengan witir”. (Bidayatul Hidayah, Ibn Rusyd, hal.152. bandingkan dengan A. Hasan, Pengajaran Shalat, hal. 290-192).

Pada masa Umar Ibn Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thallib r.a, shalat tarawih dikerjakan sebanyak 20 rakaat dan 3 rakaat untuk shalat witir. Para ulama Jumhur (mayoritas) juga menetapkan jumlah shalat tarawih seperti itu, demikian juga al-Tsauri, Ibn al-Mubarok dan al-Syafi’i. Imam Malik memetapkam bilangan shalat tarawih sebanyak 36 rakaat dan 3 rakaat untuk shalat witir. Ibnu Hubban menjelaskan, bahwa shalat tarawih pada mulanya adalah sebelas rakaat. Para ulama salaf mengerjakan shalat itu dengan memanjangkan bacaan, kemudian dirasakan berat, lalu mereka meringankan bacaannya dengan menambah rakaat menjadi 20 rakaat, tidak termasuk witir. Ada lagi yang lebih meringankan bacaannya sedangkan rakaatnya ditetapkan menjadi 36 rakaat, selain witir”. (Hasby As-Shiddiqy, Pedoman Shalat, hal. 536-537).

Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Malik dari Abdurrahman bin Abd Qadri:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ الْقَارِي اَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَبْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِى رَمَضَانَ اِلَى الْمَسْجِدِ فَاِذَا النَّاسُ اَوْزَاعَ مُتَفَرِّقُوْنَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ اِنِّي اَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ اَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى اُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً اُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّوْنَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ... 

“Abdurrahman bin Abd al-Qadri menceritakan padaku, “aku keluar bersama Umar pada suatu malam di bulan RAmadhan, di masjid Beliau menjumpai banyak orang dalam beberapa kelompok; ada yang sedang melaksanakan shalat sendirian dan ada yang diikuti beberapa orang. Melihat hal itu Umar barkata: “aku berfikir lebih baik aku mengumpulkam mereka dengan satu orang Imam. Setelah itu Beliau memerintahkan Ubay bin Ka’ab r.a, supaya menjadi imam bagi mereka. Pada malam berikutnya aku keluar bersama Umar lagi dan ia melihat orang-orang melaksanakan shalat dengan cara berjama’ah dengan imam Ubay bin Ka’ab r.a, (memperhatikan kegiatan shalat itu), Umar berkata: “inilah sebaik-baik bid’ah”. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari:1817 dan Malik:231).

Memperhatikan uraian di atas menurut hemat penulis, shalat Tarawih bisa dilakukandengan jumlah rakaat sebagai berikut:1. Sebelas rakaat, delapan rakaat Tarawih dan tiga rakaat witir, atau sepuluh rakaat Tarawih dan satu raakaat Witir.2. Dua puluh rakaat Tarawih dengan tiga rakaat Witir.3. Dan tiga puluh enam Tarawih dan tiga rakaat witir.Dari ketiga jumlah di atas, kita boleh memilih satunya sesuai sesuai dengan kondisi dan kemampuan kita masing-masing, tanpa memaksakan diri atau memberatkan

adapun do’a Shalat Tarawih

أَللَّهُمَّ اجْعَلْ بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ وَلِلْفَرَئِضِ مُؤَدّيِنَ وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ وَلِمَاعِنْدَكَ طَالِبِيْنَ وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ وَبِالْهُدَى مُتَّسِكِيْنَ وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ وَفِى الْآ خِرَةِ رَاغِبِيْنَ وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنِ وَلِلنَّعْمَاءِ الشَّاكِرِيْنَ وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ وَاِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ وَ فِى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَمَةِ قَاعِدِيْنَ وَمِنْ حُوْرِعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِسِيْنَ وَاِلَى طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفَّيْنِ شَارِبِيْنَ بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مَنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مَنِ النَّبِيِيْنَ وَالصِّدِّقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَ الصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ  وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلَأْشقِيَاِء الْمَرْدُوْدِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُلِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
“Wahai Allah, jadikanlah kami orang-orang yang imannya sempurna, dapat menunaikan segala fardhu, memelihara shalat, menegeluarkan zakat, mencari kebaikan di sisi-Mu, senantiasa memegang teguh petunjuk-petunjukMu, terhindar dari segala penyelewengan-penyelewengan, zuhud akan harta benda, mencintai amal untuk  bekal di akhirat, tabah menerima ketetapanMu, mensyukuri segala nikmatMu, tabah dalam menghadapi cobaan,dan semoga nanti pada hari kiamat kami dalam satu barisan dibawah panji-panji Nabi Muhammad s.a.w, dan sampai pada telaga yang sejuk, masuk dalam surge, selamat dari api neraka, dan duduk di atas permadani yang indah bersama para bidadari, berpakaian sutra, menikmati makanan surge, meminum susu dan madu yang murni dengan gelas, ceret dan sloki (yang diambil ) dari air yang mengalir bersama orang-orang yang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka dari golongan para Nabi, orang-orang jujur, para shuhada dan orang-orang yang shalih. Merekalah teman yang terbaik. Demikianlah karunia Allah s.w.t, dan cukuplah Allah yang mengetahui. Wahai Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan penuh berkah ini menjadi orang yang berbahagia dan diterima (amal ibadahnya). Dan janganlah Engkau jadikan kami sebagaian dari orang-orang yang sengsara dan ditolak (amal ibadahnya). Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada NAbi besar Muhammad s.a.w, beserta keluarga dan segenap sahabatnya. Segala puji milik Allah, Tuhan seru sekalian alam”.

Kiai Said: Sweeping FPI Tak Sesuai Ajaran Islam

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj berpendapat aksi sweeping berujung maut yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI) dengan warga di Kendal, Jawa Tengah pada 18 Juli lalu, tidak sesuai ajaran agama Islam.

Ia mengatakan hal itu pada acara peringatan hari lahir (harlah) ke-15 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bertajuk “Indonesia Lahir Batin”, di Kantor DPP PKB, Jl Raden Saleh, Jakarta, Selasa (23/).

"Itu bertentangan dengan Islam dan itu melanggar kaidah hukum yang ada!" tegas Kiai asal Cirebon tersebut.

Menurut kiai yang akrab disapa Kang Said tersebut, aksi sweeping tidak bisa dilakukan oleh FPI. Hal itu jelas diatur di Undang-Undang, dan yang berhak melakukansweeping ialah pihak kepolisan.

Dia juga menyinggung pemerintah yang tidak bertindak tegas kepada ormas Islam yang melanggar hukum. Pemerintah harus bertindak tegas agar ormas tersebut jera.

Kemudian ia menegaskan, setiap pelaku kriminal harus ditangkap sesuai hukum yang berlaku, 

“Tunjukkan pemerintah berwibawa," ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga menjamin bahwa tak seorang pun warga NU yang akan melakukansweeping.

Sabtu, 20 Juli 2013

DISKUSI PMII UI Mengapa Mursi Dijatuhkan?

Kejatuhan Presiden Mursi di Mesir diakibatkan dia dan pendukungnya dari Ikhwanul Muslimin salah melakukan kalkulasi politik dengan pihak militer Mesir.

Pengamat Timur Tengah dari Universitas Paramadina, Novriantoni mengungkapkan hal tersebut pada Halaqah NU Makara yang diselenggarakan Forum Alumni PMII UI di Graha Student Center NU Makara, Depok, Sabtu (22/7).

“Mursi sangat percaya dengan militer dan menganggap supremasi sipil sudah ditegakkan di Mesir pasca tergulingnya Husni Mubarak,” urai Novriantoni yang juga alumni Universitas Al Azhar Kairo.

Novriantoni juga menambahkan bahwa militer Mesir mulai marah terhadap Mursi ketika ia tiba-tiba mengecam Rezim Assad di Suriah. Militer Mesir bagaimanapun punya perasaan nasionalisme ke-Arab-an yang kuat dengan Rezim Assad di Suriah yang militeristis dan mengusung Pan-Arabisme.

Di sisi lain Novriantoni juga mengungkapkan bahwa Israel dan Amerika Serikat tidak terlalu bermasalah dengan Mursi mengingat Mursi mampu mengendalikan mafia penyelundupan senjata ke Palestina dari Mesir, sehingga munculnya teori konspirasi yang menyatakan Mursi dijatuhkan atas perintah AS sulit dibuktikan.

Sementara itu, Ikhwanul Muslimin sendiri dengan ideologi Islam radikalnya terlalu kaku dalam berpolitik dan kurang memberikan konsesi politik kepada pesaingnya dari golongan sekular dan liberal, antara lain dengan merombak konstitusi Mesir sehingga lebih bernuansakan syariat Islam.

“Seharusnya Mursi dan Ikhwan di Mesir meniru gaya berpolitik Erdogan di Turki yang walaupun berhaluan Islamis tapi tidak mengotak-atik konstitusi sekuler Turki dan memberikan konsesi yang cukup kepada militer Turki,” tandas Novriantoni menutup diskusi terbatas tersebut yang dihadiri alumni dan aktivis PMII UI.

Waspadai Parpol yang Tiba-tiba ‘Mengaku NU’

Pengurus Anak Cabang (PAC) Muslimat NU Genuk, Semarang, berkerjasama dengan PAC GP Ansor Genuk dan didukung badan otonom (Banom) NU lainnya seperti Fatayat, IPPNU dan IPNU mengelar pengajian umum dengan mengusung pembelajaran politik bagi warga Nahdliyin.

Pengajian rutin Ahad Wage (5/5) kali ini diselenggarakan di halaman Masjid Baitul Mannan Trimulyo Genuk dengan penceramah utama KH Ubaidillah Shodaqoh, Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah.

Sebelumnya pengurus Muslimat Genuk Muniroh Maftukah berpesan, kepada jamaah untuk bisa kembali merenungi setiap apa yang akan disampaikan oleh para penceramah. Acara pengajian ini dibuka langsung oleh Ketua Cabang Muslimat NU Kota Semarang Ibu Hj. Hanifah Syarofuddin.

Kiai Ubaidillah shodaqoh dalam kesempatan itu berpesan kepada para jamaah untuk selalu berhati-hati dengan manuver politik, baik berasal dari partai politik Islam maupun partai nasionalis.

Ia mengingatkan, dalam politik praktis partai politik bisa melakukan apapun baik melalui ritual atau tradisi warga Nahdliyin. Mereka mengaku NU dengan bertujuan untuk menjaring masa karena warga Nahliyin merupakan basis umat Islam di Indonesia.

“Jangan mengikuti jam’iyah-jam’iyah yang baru, oleh sebab dikhawatirkan jam’iyah tersebut hanya untuk menjaring para jamaah. Apa lagi jam’iyah yang tidak ada ulamanya, warga Nahdliyin harus tau betul tentang bahaya Jam’iyah yang hanya digunakan untuk kepentingan politik tertentu,” tutur Kiai Ubadillah.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Ketua PC GP Ansor kota Semarang Saichu Amrin beserta jajaran pengurus Banom NU di wilayah Genuk, para jamaah baik laki-laki maupun perempuan yang memadati halaman Masjid Baitul Mannan Trimulyo Genuk.

Laksanakan Khittah, Kunci Atasi Masalah Politik NU


Menanggapi potensi perpecahan di kalangan Nahdliyin akibat konflik kepentingan politik segelintir pihak, Wakil Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri mengembalikan solusi penyelesaiannya pada komitmen warga NU memegang teguh Khittah NU 1926.
”Asal orang NU itu tekun membaca, memahami, dan mengamalkan khittahnya, masalah-masalah (perpecahan) itu tidak akan ada. Setidaknya dapat diminimalisir,” ujarnya selepas mengikuti Bahtsul Masail NU di Jakarta, Rabu (19/6) petang.
Menurut kiai yang akrab disapa Gus Mus ini, masih banyak warga NU, termasuk pengurusnya yang tidak memahami dan melaksanakan khittah NU yang merupakan landasan berpikir, bersikap, dan bertindak itu.
Khittah NU menegaskan di antaranya tentang dasar-dasar keagamaan dan sikap kemasyarakatan yang mencerminkan perjuangan luas NU di bidang dakwah, keilmuan, dan sosial, serta tidak terikat dengan organisasi politik tertentu.
”Yang memahami khittah banyak. Yang tidak memahami dan melaksanakan khittah juga banyak. Karena warga NU memang banyak sekali,” katanya. Gus Mus menilai, absennya khittah NU dari pikiran dan sikap warga NU merupakan tanggung jawab para pengurus NU di semua tingkatan untuk melakukan pembinaan secara terus-menerus. 
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang, Jawa Tengah ini menambahkan, soal padangan kebangsaan, NU teguh mempertahankan NKRI. Sementara kepada pemerintah NU tetap akan mengkritisi ketika memang terdapat kekurangan.
Di usia NU yang ke-90 ini, Gus Mus berharap NU dapat menjadi organisasi yang lebih dewasa dan bijaksana. ”Mudah-mudahan saja (NU) tambah tua tambah arif, tidak tambah pikun,” tuturnya.

Angka Politik Kepartaian NU Tak Sebanding Jumlah Warganya

Menurut hasil survei, angka partisipasi politik yang mengaku berafiliasi dengan NU mencapai 40 persen atau terbesar dibandingkan ormas-ormas lain di Indonesia. Sayangnya, jumlah ini tak sepadan dengan capaian angka pada parpol yang mengkalim berbasis massa NU.

Pendapat ini disampaikan pengamat politik dan konsultan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Marbawi A Katon dalam bedah buku Pesantren Studies 4a: Nalar Politik Pesantren dan Masa Depan Politik Kaum Nahdliyin yang digelar Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar NU (IPNU) di gedung PBNU, Jakarta, Kamis (18/7).

“NU secara kultural besar sekali angkanya. Tapi secara poitik, melalui partai politik, atau mengidentifikasi dirinya sebagai orang politik NU jumlahnya sangat kecil,” ujarnya.

Marbawi mencontohkan PKB sebagai partai yang didirikan para eksponen NU era reformasi mengalami penyusutan suara secara drastis pada pemilu 2004, apalagi 2009. 

Dia percaya, pesantren sebagai basis kultur NU yang kuat hari ini memiliki khazanah luhur tentang teori atau ilmu politik yang dapat dirumuskan dan direalisasikan dalam kehidupan bernegara. Manajemen politik juga perlu dipikirkan, jika NU tidak ingin kian tersingkir, utamanya dari kancah percaturan politik.

“NU dengan Gus Dur itu memang sudah menguasai masyarakat, tapi belum menguasai Negara. Saya belum tahu, di kajian-kajian terakhir, apakah NU ingin menguasai Negara, sekadar mempengaruhi atau mewarnai,” tuturnya.

Turut mengisi dalam acara kali ini penulis buku Pesantren Studies Ahmad Baso dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ali Masykur Musa. Bedah buku dibuka Wakil Ketua Umum PBNU H As'ad Said Ali dan ditutup dengan buka puasa bersama.

Nasionalisme NU Bertumpu pada Nilai Pesantren


Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H As’ad Said Ali menegaskan, rasa kebangsaan Nahdlatul Ulama tumbuh dan dilandasi nilai-nilai keagamaan pesantren. Hal inilah yang membedakan nasionalisme NU dengan nasionalisme sekuler.

Demikian disampaikan As’ad pada peluncuran Program Penguatan Aswaja Ikatan Pelajar NU (IPNU) di Jakarta, Kamis (18/7) petang. Acara yang dirangkai dengan bedah buku dan buka puasa bersama ini dihadiri penulis buku Ahmad Baso, Ketum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana NU (ISNU) Ali Masykur Musa, pengamat politik Marbawi A Katon, dan ratusan pelajar NU.

Menurut dia, salah satu pendiri NU KH Wahab Hasbullah mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan (kebangkitan Tanah Air) pada 1916 bukan atas dasar motivasi kosong. Keputusan tersebut didorong dan dijiwai oleh ajaran pesantren.

As’ad mengatakan, nasionalisme sekuler yang juga masih berkembang saat ini menolak pandangan ini. Menurut paham sekulerisme, agama dilarang masuk sama sekali ke dalam negara. “Nasionalisme Islam dan nasionalisme sekuler masih bertempur hingga sekarang,” ujarnya.

Demikian dalam hal toleransi. Penulis buku Negara Pancasila ini menilai, Indonesia cocok dengan toleransi ala NU yang menolak kebebasan mutlak dalam berekspresi tanpa mempertimbangkan nilai-nilai adat dan agama di Tanah Air.

“Liberasi yang diarahkan ke positif. Bukan negatif yang semata mengikuti Barat,” jelasnya.
As'ad optimis, NU tetap diminati dan berjaya di masa mendatang."Insyaallah hari lahir ke-100 NU akan tampil dengan wajah berseri dan gagah," katanya.

Rabu, 17 Juli 2013

Penting, Keberadaan Papan Almamater NU

Keberadaan Papan nama Nahdlatul Ulama di suatu daerah sangat penting, mengingat banyaknya aliran atau kelompok yang mengatasnamakan Ahlussunah wal Jama’ah.

Contoh saja di Kabupaten Rembang, keberadaan almamater NU, hanya beberapa yang mudah dihitung dengan jari. Jumlah papan yang ada tidak sebanding  dengan keberadaan pengurus  dan masyarakat kabupaten Rembang  yang kulturnya sebagai warga Nahdliyin. 

Ketua MWCNU Kecamatan Bulu KH Sarkowi saat di temui di rumahnya,  Selasa (16/7)  mengatakan, keberadaan papan yang menjadi simbul NU di salah satu daerah  sangat penting  sebagai media pemersatu masyarakat dan pengurus NU. 

Sarkowi juga menambahkan, di kecamatan Bulu dalam hal papanisasi ranting sudah dilakukannya sejak awal masa khidmatnyamenjadi pengurus MWCNU.

Hal itu disatu sisi  juga disebabkan, masyarakatnya yang bangga menjadi warga NU, namun di sisi lain  mereka tidak aktif dalam berorganisasi. 

Sarkowi juga berharap,  tidak adanya papan yang menandakan pengurus NU di salah satu daerah  bisa menjadi tanggapan yang sangat serius dari PCNU Kabupaten Rembang, yang baru terpilih di konferensi Cabang NU 2 Juni 2013 belum lama ini. 

PBNU: Tak perlu Ikut Campur Urusan Politik Mesir

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau warga Indonesia di Mesir, terutama para mahasiswa, agar tidak ikut campur urusan politik setempat.

“Kita berharap pada teman-teman, mahasiswa, warga NU tidak usah ikut campur politik di Mesir. Tidak perlu berkomentar secara lisan atau tertulis. Nanti kalau ketahuan malah jadi problem. Keadaan di sana masih tidak kondusif,” kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj kepada NU Onlne di kantor PBNU, Jakarta, Rabu (17/7).

Dikatakannya, Mesir dan negara-negara Timur tengah saat ini sedang shockmenghadapi eforia demokrasi yang dipelopori oleh para pemuda dan sarjana lulusan Eropa dan Amerika.

“Dari dulu, bagi orang Arab, pemimpin itu ya yang penting adil. Itu saja. Tidak ada aturan ketat soal cara dia terpilih, dan tidak tidak ada batasan waktu. Setelah generasi muda pulang dari Eropa mereka menginginkan semokrasi; ada pilihan langsung dan batasan waktu. Sebenarnya masih ada tabrakan kultur. Sebagian besar, terutama kalanga tua belum menerima sistem demokrasi,” katanya.

Lebih dari itu, Timur Tengah memang selalu menjadi sasaran pihak-pihak yang tidak senang jika Islam kembali kuat. Indonesia  sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim dalam hal ini dalam hal ini belum diperhitungkan.

“Setiap ada pergolakan politik, Amerika dan negara-negara Eropa pasti mengintip, mengintervensi, bahkan mengendalikan. Mursi dan Ihwanul Muslimin ini kan baru satu tahun sudah diganti.  Ini jelas sekali, semua orang tahu dan terang benderang bahwa ada intervensi Amerika, tidak perlu analisis yang njelimet,” kata Kang Said.

Menurut Kang Said, saat ini tiga negara yang menjadi simbol kebesaran dunia Muslim sudah hancur; Mesir, Irak dan Suriah. 

“Saya menangis ketika melihat Irak habis, Suriah seperti itu, dan sekarang Mesir terus bergolak. Tiga negara besar yang andalan kualitas dunia Muslim itu sudah hancur-hancuran. Ada satu lagi Maroko, ini pun sudah agak hangat. Namun kultur Maroko agak  berbeda, kita berharap mudah-mudahan tidak bernasip seperti tiga negara itu,” pungkas Kang Said.

Syariah Berhubungan Seks (jima’) di Siang Ramadhan


Tidak selamanya puasa berjalan lancar. Terkadang  godaan dan cobaan silih berganti datang dan mendekat. Diantara cobaan yang berat adalah ketika datang nafsu bersetubuh yang amat sangat. Padahal magrib masih lama datang. Jikalau memang tidak terhindarkan lagi, maka tebusan dari kesalahan itu haruslah segera disediakan. kejadian serupa pernah tergambar dalam satu hadits riwayat Abu Hurairah ra.
أبي هريرة رضي الله عنه قال { بينما نحن جلوس عند النبي صلى الله عليه وسلم إذ جاءه رجل . فقال : يا رسول الله ، هلكت . قال : ما أهلكك ؟ قال : وقعت على امرأتي ، وأنا صائم - وفي رواية : أصبت أهلي في رمضان - فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : هل تجد رقبة تعتقها ؟ قال : لا . قال : فهل تستطيع أن تصوم شهرين متتابعين ؟ قال : لا . قال : فهل تجد إطعام ستين مسكينا ؟ قال : لا . قال : فمكث النبي صلى الله عليه وسلم فبينا نحن على ذلك أتي النبي صلى الله عليه وسلم بعرق فيه تمر - والعرق : المكتل - قال : أين السائل ؟ قال : أنا . قال : خذ هذا ، فتصدق به . فقال الرجل : على أفقر مني : يا رسول الله ؟ فوالله ما بين لابتيها - يريد الحرتين - أهل بيت أفقر من أهل بيتي . فضحك رسول الله صلى الله عليه وسلم حتى بدت أنيابه . ثم قال : أطعمه أهلك }
Sebuah kisah yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa pada suatu saat ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW. seseorang lelaki datang dan berkata,”wahai Rasulullah SAW! celakalah aku”. Rasulullah SAW bertanya apa yang telah terjadi dengannya. Ia menjawab,”aku melakukan hubungan badan dengan istriku padahal aku sedang berpuasa”. Rasulullah SAW bertanya kepadanya,”dapatkah kamu (sebagai hukumannya) membebaskan seorang budak?” ia menjawab tidak.Rasulullah SAW bertanya,”dapatkah kamu puasa dua bulan penuh?” ia menjawab tidak. “dapatkah kamu memberi makan enam puluh orang miskin?” ia menjawab tidak.
Nabi Muhammad Saw. termenung sejurus dan pada saat yang bersamaan sekeranjang penuh kurma dibawa ke hadapannya. Nabi bertanya,” mana orang yang bertanya tadi?” orang itu menjawab,”aku disini”. Nabi Muhammad Saw. bersabda kepadanya, “bawalah ini dan sedekahkanlah”. Orang itu berkata,”haruskah kusedekahkan kepada orang yang lebih miskin daripada ku? Demi Allah, tidak ada keluarga di antara dua gunung ini (Madinah) yang lebih miskin daripadaku”. Nabi Muhammad Saw. pun tersenyum hingga tampak gigi serinya dan berkata,”berikanlah makanan ini kepada keluargamu”.
Kaffarah (tebusan) bagi pelanggaran puasa yang berupa hubungan seks (jima’) ada tiga jenis. Ketiganya tidak bisa dipilih salah satu, tetapi harus dilakukan sesuai urutan. Pertama,memerdekakan budak. Kedua, puasa dua bulan berturut-turut. Dan ketiga memberi paket kepada 60 orang fakir miskin. Masing-masing 1 mud (60 ons) bahan makanan pokok.
Karena dalam konteks kekinian, sangsi yang pertama tidak mungkin dilakukan, karena di zaman sekarang tidak ada lagi perbudakan. Maka sangsi kedua harus dilaksanakan kecuali ada halangan yang dibenarkan oleh syariat . Maka sangsi ketiga menjadi tebusan terakhir yaitu memberikan 60 paket makanan pokok yang masing-masing seberat 60 ons.
 Namun demikian, seringkali mereka yang mengerti hukum akan berusaha menghindar dari ketiga jenis tebusan ini. Dengan cara membatalkan puasa terlebih dahulu (baik dengan makan atau minum) sebelum melakukan hubungan seks. Dengan harapan terhindar dari kaffarah ini.
Jangan disangka dengan cara begitu bisa lepas dari hukuman, bahkan jika mengingat hadits riwayat Imam Turmudzi, Rasulullah saw bersabda yang artinya “barangsiapa meninggalkan/membatalkan sehari puasa Ramadhan tanpa alasan yang meringankan dan tidak pula karena sakit, maka puasa sepanjang masa tidak cukup baginya.
Apakah anda akan bermain akal-akalan dengan hukum Allah? secerdik itukah? Bukankah dalam salah satu ayatnya ditegaskan bahwa  wallahu khairul makiri.