Jumat, 16 Mei 2014

Pendidikan Nasional Belum Hasilkan Pemimpin Berintegritas

Ketua Pengurus Pusat (PP) Lembaga Pendidikan Ma’arif NU H Zainal Arifin Junaidi menilai potret pendidikan nasional belum mampu menghasilkan negarawan dan pemimpin berintegritas. Buktinya, hingga tahun 2014 pendidikan Indonesia telah menghasilkan ribuan koruptor.

“Pendidikan kita tidak lebih baik dari pendidikan zaman penjajah Belanda yang mampu melahirkan pemimpin seperti Soekarno, Moh Hatta, KH.Wahid Hasyim, Syahrir, ST Alisyahbana, Soetomo dan lain sebagainya,” katanya dalam halaqah pendidikan yang diselenggarakan PC LP Ma’arif NU Kudus di Aula MANU Banat Kudus, Kamis (15/5).

Ia menyebut  Indonesia  adalah negara yang tingkat korupsinya terbesar nomor dua di dunia dengan  para pelakunya adalah orang-orang terdidik. “Tidak ada yang korupsi itu tamatan SMP atau SMA, semuanya sarjana. Pak Mahfud (mantan ketua Mahkamah Konstitusi, red) bilang 16 dari  33 gubernur di Indonesia  terkena kasus korupsi,” ujar Arifin.

Lebih lanjut, Arifin mengatakan bahwa menurut data BPS pada semester pendidikan juga menghasilkan tujuh juta pengangguran terdidik. Bahkan menurut Human Development Index, pendidikan nasional telah mengantarkan daya saing sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia berada pada peringkat 124.

“Artinya, pendidikan kita tidak menghasilkan SDM yang tidak kompetitif, tidak memiliki daya saing dan tidak siap berkompetisi dengan negara tetangga. Indonesia itu masih kalah dengan sengapura, Malaisia maupun Brunei Darussalm,” terangnya.

Ada Kesenjangan

Hal lain, menurutnya, pendidikan telah mendorong generasi muda untuk tidak berpikir pertanian dan kelautan sebagai sektor strategis pembangunan. Ini akibat dari orientasi pendidikan yang salah arah, tidak selaras dengan visi ketahanan pangan nasional. Akibatnya, saat ini jumlah lahan pertanian yang dikelola masyarakat mengalami penyusutan ekstrem.

Ia menambahkan, pendidikan juga turut mendorong terjadinya tingkat kesenjangan yang tinggi antara penduduk miskin dan kaya. Kekayaan negara hanya dikuasai segelintir orang dengan perbandingan 80 persen kekayaan yang ada di kuasai 1 persen penduduk dan sisanya 20 persen dimiliki oleh 99 persen.

Lebih jauh, Arifin memaparkan pendidikan nasional masih mengalami kegagalan dalam menanamkan penghayatan norma pada diri peserta didik. Akhir-akhir ini, kata dia, berbagai media menyuguhkan pemberitaan pelanggaran norma baik agama atau susila yang dilakukan oleh para peserta didik seperti kekerasan remaja, kasus narkoba dan pergaulan bebas dikalangan anak didik.

“Harusnya, pendidikan yang  mereka peroleh di madrasah atau sekolah bisa membentenginya dari pengaruh negatif lingkungan, karena di sanalah diajarkan norma agama dan susila. Tetapi kenyataannya ini masih jauh dari yang diharapkan,” papar Arifin.

Melihat kondisi demikian, PP LP Ma’arif telah merumuskan desain pendidikan masa depan yang mengarah pada pendidikan yang memajukan budi pekerti dan pendidikan berorientasi pada peningkatan kompetensi peserta didik.

“Upaya ini dalam upaya mencari jalan keluar guna mempersiapkan  sumber daya manusia menuju tahun 2030,” tegas Arifin.

Pagi hari sebelum halaqoh, Arifin sempat memberikan ceramah di hadapan wali murid pada acara pelepasan siswi kelas XII MANU Banat Kudus tahun ajaran 2013/2014 di tempat madrasah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar