Senin, 25 November 2013

Jihad Terbesar Melawan Korupsi dan Ketidakadilan

Momentum Hari Pahlawan dan Resolusi Jihad harus dijadikan refleksi bersama seluruh elemen bangsa untuk melanjutkan perjuangan bangsa Indonesia pada konteks kekinian. Semangat para ulama mempertahankan kemerdekaan dengan menggulirkan resolusi jihad pada 22 September 1945 silam harus dilanjutkan sesuai kebutuhan saat ini.

Pengasuh  Pesantren Tebuireng Jombang, KH Salahudin Wahid mengatakan, peristiwa Resolusi Jihad menunjukkan pesan penting bahwa untuk mendirikan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia diperlukan pengorbanan, baik harta maupun nyawa.Perjuangan para ulama mempertahankan kemerdekaan RI dengan menggulirkan fatwa resolusi jihad menjadi keharusan untuk dilanjutkan. 

Menurut Gus Sholah, dalam konteks kebangsaan saat ini, untuk melanjutkan perjuangan para ulama tentu saja bentuknya berbeda dengan masa kemerdekaan Indonesia 68 tahun silam. Pada konteks kekinian, jihad untuk bangsa Indonesia tidak perlu dilakukan dengan mengangkat senjata untuk berperang dengan negara lain. 

Namun, ujar dia, untuk memaknai resolusi jihad dan melanjutkan perjuangan para ulama, jihad terbesar untuk bangsa Indonesia pada saat ini adalah jihad melawan penjajahan dalam dimensi lain. "Jihad terbesar saat ini adalah melawan korupsi dan ketidakadilan," kata Gus Sholah, di sela-sela acara pembukaan Peringatan Resolusi Jihad bertajuk “Napak Tilas Resolusi Jihad NU dalam Pertempuran Bersejarah 10 November 1945”, di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Ahad (24/11/2013) pagi.

Gus Sholah menandaskan, resolusi Jihad yang digulirkan Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari pada tanggal 22 Oktober 1945 yang memantik perjuangan heroik melawan upaya pendudukan kembali Belanda dan tentara sekutunya tidak cukup hanya diperingati. Yang lebih penting, ujar dia, adalah mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia. "Tidak cukup hanya diperingati. Kita harus melakukan sesuatu untuk mengisi kemerdekaan," tandasnya.

Sementara itu, memperingati Resolusi Jihad KH Asy'ari 1945, sekitar 3000 orang mengikuti acara ngonthel bareng dalam acara bertajuk “Napak Tilas Resolusi Jihad NU dalam Pertempuran Bersejarah 10 November 1945”. Dimulai dari Pondok Pesantren Tebuireng, tempat kediaman Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari, mereka bergerak mulai pukul 06.00 WIB ke Surabaya menuju Kantor PCNU Surabaya di Jalan Bubutan. 

Tempat itu, merupakan tempat berkumpulnya para kiai NU 68 tahun silam untuk membahas kedatangan kembali tentara Sekutu. Pertemuan tersebut akhirnya melahirkan fatwa Resolusi Jihad. "Pondok Tebuireng ini menjadi start napak tilas peringatan resolusi jihad. Kenapa di Tebuireng? Sebab dari sinilah embrio resolusi jihad yang menjadi pemantik perjuangan pada 10 November 1945 di Surabaya," kata Minan Rohman, Ketua Panitia Lokal napak tilas peringatan Resolusi Jihad. (Syaifullah/Abdullah Alawi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar