Jumat, 05 Juli 2013

JELANG KONFERCAB NU BREBES Kandidat Ketua Mengkrucut Jadi Tiga Orang

Brebes, NU Online 
Kandidat Calon Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Brebes, Jawa Tangah menjelang pelaksanaan Konferensi Cabang (Konfercab) NU kini mengkrucut menjadi tiga orang. Mereka adalah H Athoillah SE MSi, Drs Syamsul Maarif, dan Drs Sodikin Rachman. Sehingga dapat dipastikan hanya tiga orang saja yang bakal bertarung memperebutkan  posisi  ketua. 

Ajang Konfercab PCNU Brebes itu sendiri bakal digelar Sabtu (6/7) mendatang di Pondok Pesantren Darunnajat Pruwatan Bumiayu Brebes. Dengan agenda Laporan Pertanggungjawaban pengurus periode 2008-2013, penyusunan Program lima tahun ke depan dan pemilihan pengurus periode 2013-2018.

Edy Setyawan Lc MA dengan terang-terangan tidak berminat lagi maju sebagai kandidat karena masih fokus pada pengembangan dan kemajuan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Brebes. “Saya mau fokus dulu membesarkan STAI Brebes,” ujar Edy saat ditemui di Kantor STAI Kamis (4/7).

Pembantu Ketua (Puket) I STAI Brebes itu berdalih akan mencetak generasi-generasi intelektual NU lewat STAI. Lagi pula, lanjutnya, dirinya belum genap setahun dipercaya sebagai Puket I. “ Saya kira, tenaga dan pikiran saya akan lebih bermanfaat untuk kemajuan STAI dulu,” kilahnya.

Hal serupa disampaikan Kiai Agus Mudrik yang menyatakan ingin membesarkan pondoknya. Sebagai penerus Kiai Khaelani, Gus Mudrik tidak bisa meninggalkan santri-santrinya. Sehingga harus yakin memegang teguh amanat dari orang tuanya untuk mengelola pondok.

Sedangkan Moh Makmur merasa dirinya belum pantas sebagai kandidat di jajaran PCNU Brebes. Sebab, dalam takaran pengabdian kepengurusan baru beberapa tahun sebagai sebagai pengurus MWC Jatibarang Brebes. 

Sementara Drs H Sodikin Rachman berkeyakinan bakal meraih suara terbanyak. Sebab, Suara MWC di Brebes bagian Utara dan Selatan lebih condong ke dirinya. Sebagai Wakil Ketua yang sering terjun langsung ke lapangan telah mengenal sosok dirinya sebagai Wakil Ketua yang bijaksana.

Dalam programnya, Kaji Dikin, demikian panggilan akrabnya bila terpilih nanti akan mengembalikan ruh NU ke Pesantren. Sebab selama ini NU hanya dianggap sebagai jembatan politik untuk meraih kekuasaan belaka. Padahal, NU lahir dari Pesantren dan harus dikembalikan ke Pesantren. “Go back to basic,” ujarnya.

Dia melihat, NU sekarang banyak dilirik oleh politikus dan birokrat. Namun mereka yang menarik-narik ke tataran politik dan birokrasi hanya untuk kepentingan dirinya sendiri dan bukan untuk kemaslahatan umat. “Bila saya terpilih jadi Ketua NU, akan saya kembalikan ke ruh Pesantren,” tekadnya.

Namun bukan berarti para pengurus NU nantinya di suruh nyantri lagi. Dalam artian, ruh pesantren harus terus melekat dalam sanubari dan pribadi-pribadi pengurus NU. Dengan demikian semangat perjuangan NU terus berkhidmah pada keridloan Allah SWT. “Jangan sampai hanya iming-iming dan amang-amang lalu menggadaikan NU,” terang Sodikin. 

Sebagai kandidat yang diunggulkan, Athoillah dengan rendah hati menyikapi siapapun yang memimpin NU ke depan harus terus bersahabat dalam berorganisasi. Dan yang paling utama harus mandiri dalam bidang finansial serta beretika dalam bertindak. “Bukan moral NU kalau selalu menebar kebencian dan bertindak tidak etis,” tandas Atho. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar