Sabtu, 20 Juli 2013

Angka Politik Kepartaian NU Tak Sebanding Jumlah Warganya

Menurut hasil survei, angka partisipasi politik yang mengaku berafiliasi dengan NU mencapai 40 persen atau terbesar dibandingkan ormas-ormas lain di Indonesia. Sayangnya, jumlah ini tak sepadan dengan capaian angka pada parpol yang mengkalim berbasis massa NU.

Pendapat ini disampaikan pengamat politik dan konsultan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Marbawi A Katon dalam bedah buku Pesantren Studies 4a: Nalar Politik Pesantren dan Masa Depan Politik Kaum Nahdliyin yang digelar Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar NU (IPNU) di gedung PBNU, Jakarta, Kamis (18/7).

“NU secara kultural besar sekali angkanya. Tapi secara poitik, melalui partai politik, atau mengidentifikasi dirinya sebagai orang politik NU jumlahnya sangat kecil,” ujarnya.

Marbawi mencontohkan PKB sebagai partai yang didirikan para eksponen NU era reformasi mengalami penyusutan suara secara drastis pada pemilu 2004, apalagi 2009. 

Dia percaya, pesantren sebagai basis kultur NU yang kuat hari ini memiliki khazanah luhur tentang teori atau ilmu politik yang dapat dirumuskan dan direalisasikan dalam kehidupan bernegara. Manajemen politik juga perlu dipikirkan, jika NU tidak ingin kian tersingkir, utamanya dari kancah percaturan politik.

“NU dengan Gus Dur itu memang sudah menguasai masyarakat, tapi belum menguasai Negara. Saya belum tahu, di kajian-kajian terakhir, apakah NU ingin menguasai Negara, sekadar mempengaruhi atau mewarnai,” tuturnya.

Turut mengisi dalam acara kali ini penulis buku Pesantren Studies Ahmad Baso dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ali Masykur Musa. Bedah buku dibuka Wakil Ketua Umum PBNU H As'ad Said Ali dan ditutup dengan buka puasa bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar