Jumat, 07 Juni 2013

LDNU Bimbing Syahadat Seorang Muallaf

KH Nurul Yaqin Ishak, mewakili Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), menjadi pembimbing syahadat seorang pria muda. Ia menuntun pria yang bernama Pandu Sapto Aji untuk mengucapkan dua kalimat syahadat beserta terjemahannya, Kamis (18/10) petang.

Sebelum pembacaan syahadat berlangsung, Sekretaris PP LDNU menanyakan yang bersangkutan terlebih dahulu. Apa motivasi yang bersangkutan untuk memeluk agama Islam? Adakah faktor duniawi yang mendorong pria muda untuk memeluk Islam? Apakah ada paksaan yang mendorongnya?

Pembacaan syadahat berlangsung disaksikan oleh empat orang. Mereka adalah seorang pengurus LDNU, seorang tamu LDNU, NU Online, dan paman yang bersangkutan. Dengan sedikit lancar, pria berusia 27 tahun ini mengikuti syahadat KH Nurul Yakin Ishak.

Usai pembacaan syahadat, KH Nurul memberikan beberapa wejangan bagi seorang Islam pemula. Dengan bahasa sederhana, wejangan KH. Nurul mengapung di ruang PP LDNU lantai enam, gedung PBNU, jalan Kramat Raya nomor 164, Jakarta Pusat.

Wejangan singkat itu bersifat praktik yang ke depan harus dijalani oleh pria tersebut. Isinya antara lain, menggali keyakinan Islam, mempelajari agama Islam yang menyangkut tata cara ibadah, dakwah Islam dengan menjadi teladan bagi orang di sekitar, mengamalkan ajaran Islam, dan berupaya membangun ketulusan dalam mengamalkan segala aturan agama.

“Sejak SD, saya suka membolos saat jam pelajaran agama lama saya,” kata Pandu kepada NU Online di ruang tamu PP LDNU usai pembacaan syahadat.

Hati saya mengingkari keyakinan agama lama saya. Karena, tuhan-tuhan itu berbentuk. Sementara pencarian saya bertemu pada kalimat azan di televisi. Terjemahan azan itu membuka hati dan pikiran saya untuk memeluk Islam, tambah Pandu.

Setelah itu, saya menjalankan agama Islam dengan sembunyi-sembunyi. Pernah ketahuan orang tua saat sembahyang di masjid, saya dimarah-marahi bapak, katanya.

Bapak mengindikasi keislaman saya pada guru agama Islam di sekolah. Ia menyurati guru tersebut. Padahal ketertarikan kepada Islam itu hanya karena kebenaran yang saya temukan dalam terjemahan lafal azan itu di televisi, tutup Pandu.

Pria Jakarta peranakan Jawa ini kemudian menunggu hasil cetak surat pernyataan ke-Islamannya dari LDNU. Surat keterangan itu nantinya ditandatangani oleh semua saksi. Pada gilirannya, surat itu akan digunakan untuk mengubah identitas agama di KTP-nya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar