Senin, 12 Agustus 2013

NU Jatim: Idealnya Pemimpin yang Mendatangi Rakyat

Banyak cara dilakukan untuk meminta maaf kepada sesama. Semuanya bermuara kepada satu tujuan yakni agar kesalahan dan khilaf dapat lebur dan berganti ampunan.

“Sebenarnya silaturrahim bisa dilaksanakan setiap waktu dan tidak harus setelah Idul Fitri,” kata KH Abdurrahman Navis kepada NU Online (11/8).  Bagi dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya ini, kesalahan dan khilaf yang dilakukan manusia tidak sepatutnya menunggu setahun untuk memintakan maaf.

Namun Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur ini mengakui bahwa “Momentum  Idul Fitri menjadi lebih bermakna dengan silaturahim sebagai implementasi hablum minannaskarena sudah melaksanakan puasa selama sebulan sebagai bentuk hablum minallah,”terangnya.

Untuk bisa mencapai silaturahim yang ideal, Wakil Ketua PWNU Jawa Timur ini menyarankan agar saat beranjangsana, mereka yang usianya lebih muda mendatangi yang tua. Demikian juga “Diupayakan mereka yang kaya mendahului untuk berkunjung kepada yang miskin,” lanjutnya.

Sedangkan untuk para pejabat, Kiai Navis menyarankan agar mereka yang memiliki inisiatif untuk mendatangi rakyat. “Sangat disarankan kalau pejabat mengadakan silaturahim dengan menyapa dan memintakan maaf kepada rakyat yang dipimpinnya,” ungkapnya.

Karena bagaimanapun baiknya seorang pemimpin, pastinya ada saja kebijakan dan aturan yang membuat sakit rakyat. 

“Meskipun hal itu demi kebaikan mereka, namun ada kalanya masyarakat tidak mengerti tujuan mulia dari peraturan yang diberlakukan,” tegasnya.

Karena itu pengasuh konsultasi agama di sejumlah radio dan media cetak ini menyarankan agar ada kesadaran dari para pemimpin untuk lebih dahulu menyapa rakyat. 

“Harusnya pejabatlah yang mendahului memintakan ampun kepada rakyatnya,” sergahnya.

Terhadap kegiatan open house yang diselenggarakan sejumlah kepala daerah, Kiai Navis juga menangkap hal itu sebagai sebuah tradisi yang baik. “Saya mengapresiasi itikad baik dari kegiatan open house tersebut sebagai manivestasi keinginan pejabat untuk meminta maaf kepada rakyat,” katanya.

Sebagai sebuah kegiatan positif, Kiai Navis mengharapkan agar hal itu tidak disertai dengan hal-hal yang bertentangan dengan agama. “Asal niat karena Allah dan tidak ada unsur maksiat,” pesannya.

Dan yang juga tidak kalah penting diperhatikan adalah soal pelaksanaan kegiatan. “Dibuat yang sederhana saja,” katanya mengingatkan. “Seharusnya kegiatan tersebut atas biaya sendiri kecuali memang telah diagendakan dan dianggarkan jauh sebelumnya,” pungkasnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar