Minggu, 25 Agustus 2013

Didatangi Banser, Pimpinan dan Anggota MTA Kabur

Rabu (22/8) kemarin Gerakan Pemuda Ansor, Banser, dan CBP mendatangi markas MTA di Kabupaten Demak. Namun sampai lokasi ternyata pimpinan dan anggota MTA sudah tidak ada di tempat.

Dilaporkan, Demak sebagai kota wali dan kota santri yang notabene berhaluan Aswaja mulai dimasuki golongan atau kelompok Islam garis keras yang bermarkas di Solo Jawa Tengah yakni Majjlis Tafsir Alqur’an (MTA).

Desa Dondong kecamatan Demak Kota merupakan markas MTA di Kabupaten Demak. Setelah mendapatkan laporan dari para tokoh dan warga sekitar tentang kegiatan MTA di Desa Dondong yang dianggap meresahkan warga sekitar, pengurus NU setempat langsung menginstruksikan Ansor dan Banser untuk segera bertindak tegas.

Segera setelah mendapatkan instruksi, GP Ansor, Banser, CBP dari kantor PCNU langsung menuju lokasi dengan membawa 300 an anggotanya dengan aksi damai. Namun karena pimpinan dan anggota MTA sudah tidak ada di tempat, akhirnya hanya terjadi dialog dengan aparat keamanan.

Ketua PC Ansor Demak H.Abdurrahman Kasdi selesai berdialog yang didampingi Kapolres Demak, Dandim, Kapolsek, Koramil Demak Kota, Ketua MWC NU Demak Kota ketua PC IPNU serta lurah Dondong ditengah tengah ratusan Banser, CBP dan warga sekitar yang bertempat di halaman masjid Mubarokah Desa Dondong menyampaikan bahwasannya NU, Ansor dan Banser menuntut agar MTA didesa tersebut dihentikan kegiatannya untuk selamanya dikarenakan kegiatan mereka dianggap meresahkan masyarakat sekitar yang sudah mapan dalam beribadah,

“Kami datang kesini atas laporan warga sini (Desa Dondong) , atas nama Nahdlatul Ulama kami minta kepada kepolisian agar kegiatan MTA disini dihentikan selamanya,” tuntut Abdurrahman.

Sementara itu kepala Satkorcab Banser Musta’in meminta kepada Kapolres Demak yang diwakili kasatintel Ruswiyanto agar pimpinan MTA Supardi dan anggotanya untuk bisa dipertemukan dengan Ansor dan Banser yang difasilitasi oleh Kapolres dengan melibatkan Kesbangpolinmas kabupaten Demak untuk bias mempertanggungjawabkan perbuatannya yang dianggap meresahkan warga sekitar yang merasa terganggu dengan kegiatan mereka,paling lama 3 hari, 

“Kami meminta pada bapak Kapolres Demak Supardi dan anggotanya harus dipertemukan dengan kami untuk bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya yaitu menghentikan segala bentuk kegiatannya dikabupaten Demak, kami beri waktu 3 hari,” tegas Mustain.

Ditempat yang sama Kapolres Demak melalui kasatintel Ruswiyanto berjanji ditengah tengah anggota banser dan warga sekitar untuk bisa memanggil dan berdialog antara MTA, NU, Ansor dan Banser,

“Karena sekarang pimpinan MTA pak Supardi tidak ada ditempat kami berjanji maksimal tiga hari untuk bisa mempertemukan Supardi dan anggotanya untuk diajak dialog dengan NU dan Ansor,” jelas Ruswiyanto

Sedangkan Sukarman yang juga tetangga dekat Supardi mengutarakan kalau kegiatan yang diselenggarakan MTA sangat mengganggu lingkungan dikarenakan keseharian selalu menyalakan radio yang dilangsungkan ke soundystem  dengan sengaja didengarkan kepada tetangga disamping itu sangat mengusik kegiatan beribadah warga yang sudah mapan, berdasarkan keterangannya pula pengikut didesanya hanya 4 kepala keluarga yang banyak adalah pendatang dari luar daerah dondong,

“Pengikut MTA dikampung ini hanya empat keluarga saja, justru kegiatan pengajian didatangi oleh banyak orang dari luar daerah namun kegiatannya sangat mengganggu lingkungan” kata Sukarman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar