Sabtu, 03 Agustus 2013

Ketika Kabar Kepastian Lailatul Qadar Dicabut

Kapankah terjadi malam kemuliaan, malam seribu bulan, lailatul qadar? Tidak ada yang tahu pasti. Namun tahukah kita, sebenarnya Rasulullah Saw telah ditunjukkan ihwal kepastian akan datangnya lailatul qadar. Hanya saja, kemudian petunjuk itu dicabut kembali.
Penjelasan tentang lailatul qadar ada dalam satu surat pendek yang sering kita baca. Allah Swt berfirman, Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Dan tahukan kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar (Al-Qadr [97]: 1-5).
Demikian keistimewaan malam Lailatul Qadar. Rasulullah Saw., sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dari Abu Hurairah ra., bersabda, Barangsiapa menghidupkan Lailatul Qadar dengan segenap iman dan mencari ridha Allah maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Lalu, Kapankah malam Lailatul Qadar? Seumpama dijelaskan bahwa ia datang pada pada malam tertentu dan di bulan tertentu maka umat Islam akan berbondong-bondong melakukan kebaikan pada malam itu. Nyatanya, kita hanya memperoleh penjelasan bahwa ia hadir di malam ganjil pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.
Namun sebenarnya Rasulullah Saw. telah ditunjukkan kepastian akan datangnya lailatul qadar. Hanya saja, kemudian petunjuk itu dicabut oleh Allah Swt dari diri Rasulullah lantaran waktu itu dua sahabat beliau saling berdebat dan berbantahan tentangnya.
Diriwayatkan dari Ubadah bin ash-Shamit ra., suatu hari Rasulullah Saw. keluar untuk memberitahukan kabar gembira tentang datangnya malam Lailatul Qadar. Namun dua orang muslim saling berdebat mengenainya.
Lalu Rasulullah Saw. bersabda, Sesungguhnya aku keluar untuk memberi kabar kepada kalian tentang malam lailatul qadar, akan tetapi si fulan dan si fulan berdebat, maka diangkat kembali (kabar itu oleh Allah). Mudah-mudahan hal ini lebih baik bagi kalian: Berpeganglah pada malam ketujuh, kesembilan dan kelima di sepuluh malam terakhir (HR Bukhari).
Dalam riwayat lain disebutkan, Datanglah dua orang laki-laki berselisih dan setan bersama mereka, maka aku (Rasul) dilupakan tentang malam datangnya lailatul qadar itu (HR Muslim).
Perdebatan dan perbantahan ditimbulkan dari kedengkian dan keinginan menolak kebenaran. Imam Ghazali menjelaskan, perdebatan (al-mirâ`) dan perbantahan (al-jadl) yang dimaksud di sini adalah penyanggahan atas perkataan lawan bicara dengan menampakan kecacatannya.
Ada dua hal yang mendorong manusia untuk melakukan perbantahan dan perselisihan: perbuatan yang biasa dilakukan namun sering menjerumuskan kita kepada kesesatan ini. Pertama, syahwat ingin menampakan ilmu dan keutamaan. Sumbernya adalah sombong dan ujub atau merasa diri besar. Kedua, syahwat ingin menampakan kekurangan orang lain. Sumbernya adalah kemarahan. Maka mari kita perangi dua penyakit ini.
Ketika Islam memerintahkan jangan memakan bangkai, orang-orang Yahudi berkata, "Kami memakan yang kami bunuh dengan pisau dari besi dan kami tidak memakan yang dibunuh Allah dengan pisau dari emas.” Mereka menolak syariat yang memerintahkan agar memakan binatang yang telah disembelih atas nama Allah. Maka turunlah firman Allah Swt, Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik (al-An'âm:[06]:121).
Maka pada hari-hari dan malam terakhir di bulan Ramadhan marilah kita gunakan untuk mendapatkan berbagai berita-berita kebaikan sebanyak-banyaknya kemudian mengamalkannya, bukan mendebat dan membantahnya. Allah Swt. Berfirman, Dan sesungguhnya di dalam al-Qur’an ini Kami telah mengulang-ulang bagi manusia bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah (al-Kahfi[18]:54).
Semoga amal ibadah kita di bulan Ramadhan diterima seluruhnya oleh Allah Swt. dan semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung pada malam datangnya lailatul qadar, yakni malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar