Sabtu, 10 Agustus 2013

Masjid Peninggalan Prajurit Diponegoro


Rangkaian huruf Arab bertuliskan Masjid Al Mujahiddin terpampang jelas di atas bagian depan masjid, tertulis di antara kata Allah dan Muhammad. Warna putih agak kusam mendominasi tembok bangunan yang konon dibangun salah satu prajurit Pangeran Diponegoro ini.
Masjid Mujahidin yang terletak di Dukuh Bulu, Desa Karanganyar, Sambungmacan, Sragen ini, didirikan oleh KH Imam Syafi’i, setelah Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830 M).
Ketua Takmir Masjid, Agus Anwar Rosidi, menceritakan ketika Imam Syafi’i beserta pengikutnya dikejar tentara kolonial Belanda dan melarikan diri sampai ke Dukuh Bulu. Mereka mendirikan gubuk sebagai tempat persembunyian sekaligus untuk berdakwah. Tempat itulah yang diduga cikal bakal masjid.
Bangunan yang semula hanya berupa gubuk kini menajdi bangunan masjid seluas 100 meter persegi. “Bangunan utama masjid masih asli. Serambi dipugar atas inisiatif Imam Masjid Besar Kauman Sragen, KH Ali Atmojo,” terang Agus, beberapa waktu lalu (25/7).
“Mimbar masih asli. Jam digital dan kipas angin adalah sarana tambahan supaya jamaah nyaman,” imbuhnya
Dia memaparkan dua dari empat tiang penyangga masjid masih asli. Bagian atap serupa plafon di tengah-tengah masjid terbuat dari besi juga asli. Namun, beberapa bagian berlubang seolah terbakar.
“Dulu ada lebah madu bersarang di usuk. Madu menetes dan membuat plafon keropos. Kayu di atap sudah keropos tetapi belum ada yang berani memperbaiki,” kata Agus.
Masjid Mujahidin dulu juga pernah terendam banjir setinggi pinggang orang dewasa pada tahun 2007. Saat itu, beduk yang ada di serambi masjid hanyut. Namun, beduk itu kemudian dapat ditemukan tersangkut di rumpun bambu.
Kini masjid ini masih terawat dengan baik, meskipun dengan dana seadanya warga tetap menjaga bangunan bersejarah tersebut. “Sejauh ini kami hanya bersih-bersih dan mengecat saja. Selain keterbatasan dana, kami juga ingin mempertahankan keaslian bangunan,” ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar