Minggu, 04 Agustus 2013

Nahdliyin Harus ‘Sehat’ dalam Berpolitik

Dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan Pemilihan Umum (Pemilu), warga NU yang terlibat di dalam politik praktis harus tetap menggunakan etika dan menjaga perilaku politik yang sehat.

Demikian disampaikan KH. Maman Imanulhaq,  Pengasuh Pesantren Al-Mizan Majalengka usai buka bersama dengan pengurus PKB Subang di Kantor DPC PKB Subang, Sabtu (3/8) kemarin.

Pernyataan disampaikannya terkait pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Subang pada bulan September mendatang dan Pemilu yang siap digelar tahun 2014 nanti.

“Kita sebagai warga NU harus tetap menggunakan politik yang sehat,” pesanKiai Maman kepada puluhan Pengurus DPC dan DPAC Se-Kabupaten Subang

Politik dalam konsep NU,  tambah Kiai Maman, selalu mengacu kepada kaidah "Tasharruful imam ‘ala raiyah manuthun bi al-mashlahah (kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya bertujuan untuk kemaslahatan). Jadi ada upaya merebut kekuasaan tapi kekuasaan itu harus dipakai sebesar-besarnya untuk kemaslahatan rakyat.

“Upaya itu harus dilakukan secara sehat, profesional dan transparan sehingga semua bisa bekerja di atas meja, tidak perlu ada kongkalingkong, tidak perlu ada saling black campaign dan sebagainya, NU sudah  memulai bagaimana politik itu betul-betul adu kecerdasan, adu kekuatan untuk mencari dukungan bukan dengan saling menjelek-jelekan atau kubu-kubuan, termasuk dengan money politic itu tidak sehat,” paparnya.

“NU tidak setuju dengan teori ‘menghalalkan segala cara’, tetapi kita tahu bahwa kekuasaan harus direbut untuk kemaslahatan seluas-luasnya,” tambah penulis buku Fatwa Dan Canda Gus Dur itu.

“Kader NU yang ada di PKB sudah memulai dengan ini, ada beberapa yang berbeda pendapat, beradu argumen itu dipersilahkan. Sebagai contoh, ada diantara mereka yang tidak setuju dan mengkritik saya. Mereka lakukan secara terbuka dan tidak menggunakan black campaign dan lain sebagainya, dan itu akan sehat ke depan,” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar