Selasa, 15 Oktober 2013

Bancakan, Wujud Nyata Sedekah

Pukul 07.00 WIB usai melaksanakan shalat Idul Adha, warga kembali ke rumah masing-masing. Tak lama kemudian, mereka membawa penganan ke masjid dan mushola terdekat. Ya, itulah tradisi bancakan yang dilaksanakan sebagian wilayah Jepara, Jawa Tengah, usai Shalat Id. 

Hal itu seperti yang tampak di mushola Baitur Rohman Margoyoso RT.02 RW.03 Kalinyamatan Jepara, Selasa (15/10) pagi. Saat warga mulai dari anak-anak, pemuda hingga orang tua serta sebagian santri Pesantren Roudlotul Huda memadati mushola acara bancakan dimulai. 

KH Muchlisul Hadi selaku nadlir mushola menyampaikan taushiyah singkat. Bahwasanya bancakan merupakan implementasi dari sedekah. “Asshaqatu tadfaul balak,” sebut Kiai Muchlis yang juga Syuriah MWCNU Kalinyamatan. 

Sedekah, sebut kiai sepuh itu, bisa untuk menolak balak. Karenanya, tradisi yang biasanya dilaksanakan usai shalat Idul Fitri, Idul Adha dan  saat lebaran ketupat itu sangat positif. Kiai Muchlis pun menngajak agar tradisi itu terus dilestarikan. 

K Khoirul Kamal kemudian memimpin jalannya tahlil dan doa. Tujuannya untuk mengirim doa untuk para pendahulu. Saat prosesi bancakan selesai kepungan pun dimulai. 

Dalam kepungan tidak ada perbedaan antara seorang anak-anak, pemuda, maupun orang tua. Semuanya makan tanpa sendok melainkan menggunakan tangan. Muluk, bahasa Jawanya. Yang dilahap pun ala kadarnya sesuai dengan penganan yang ada dihadapannya. Sehingga nuansa kebersamaan pun tampak dalam tradisi itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar