Rabu, 16 Oktober 2013

Jadikan Masjid Pusat Kegiatan Umat

Nilai lebih dari masjid adalah wadah yang memberi kesempatan untuk melakukan konsolidasi lima kali sehari. Bila keberadaan masjid dioptimalkan, bukan tidak mungkin banyak persoalan umat yang bisa diselesaikan dengan baik.

Penegasan ini disampaikan H Fuad Anwar yang dipercaya sebagai Ketua PW Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTM NU) Jawa Timur periode 2013-2015. Alumnus Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur ini mengharapkan agar keberadaan masjid dan mushalla menjadi sentra kegiatan umat dan konsolidasi.

“Dengan memanfaatkan kegiatan shalat wajib yang lima waktu di masjid dan mushalla, maka kegiatan koordinasi akan terus terjaga,” katanya beberapa waktu berselang.

Ia membayangkan, bila setiap masjid diadakan kegiatan konsolidasi selesai shalat wajib berjamaah, maka akan banyak hal yang dapat dioptimalkan dalam rangka khidmat kepada umat.

Mantan redaktur majalah PWNU Jatim “Aula” ini memberikan sedikit catatan terhadap proses sertifikasi sejumlah mushalla dan masjid dengan label NU. “Saya rasa, para pengelola akan keberatan bila secara tiba-tiba kita datang dan menginginkan sertifikat mushalla dan masjid itu atas nama jam’iyah,” katanya.

Alasannya, kalau kita merasa telah terlibat secara aktif di mushalla atau masjid itu mungkin tidak masalah, katanya. Namun bila kita tidak pernah menyapa apalagi berinteraksi dengan pengurus atau pengelola, maka akan sangat berat merealisasikan hal itu.

Karena itu program prioritas kepengurusannya adalah menjadikan masjid dan mushalla sebagai media komunikasi dan koordinasi bagi kepengurusan NU di tingkat anak ranting. Kita berharap dengan program ini, tidak akan ada lagi penyerobotan masjid atau mushalla, tambahnya.

Dan bila sudah bisa mengoptimalkan hal itu, maka keinginan untuk mendapatkan legalitas dan melakukan sertifikat atas nama NU tidak akan ada masalah, lanjutnya.

Kesulitan yang dirasakan sejumlah pengurus dalam upaya melakukan sertifikasi aset khususnya untuk mushalla dan masjid adalah lantaran datang secara tiba-tiba. “Idealnya, komunikasi dibangun sejak awal,” katanya memberikan saran.

Selanjutnya terlibat secara intensif dengan kegiatan takmir baik dengan istiqamah menghadiri shalat jamaah atau kegiatan lain yang diselenggarakan takmir masjid dan mushalla setempat. Kalau komunikasi ini telah berjalan demikian baik, maka keinginan untuk melakukan sertifikasi rumah ibadah tentu tidak akan menghadapi kendala berarti, tandasnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar